Jakarta, CNN Indonesia -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) merencanakan investasi senilai Rp 70 triliun pada tahun depan. Namun, BUMN penyedia listrik itu memastikan tak akan menerbitkan surat utang atau obligasi karena mengaku telah mengantongi modal yang cukup.
Direktur Utama PT PLN, Sofyan Basir mengatakan pendanaan investasi untuk tahun depan sudah cukup dari beberapa pinjaman jangka panjang institusi pembiayaan internasional serta ekuitas yang terdiri dari Penyertaan Modal Negara (PMN) dan juga laba ditahan. Dengan kecukupan dana tersebut, perseroan tak berinisiatif untuk mencari sumber pendanaan lain.
"Untuk memenuhi investasi kita sebesar Rp 70 triliun, maka kami hanya mengandalkan pinjaman dan ekuitas. Kita belum akan mengandalkan pembiayaan lain, termasuk obligasi, karena pendanaan dari kedua sumber itu sudah cukup," jelas Sofyan di kantornya, Rabu (22/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Sofyan, 70 persen dari total kebutuhan investasi 2016 atau sekitar Rp 49 triliun akan ditutup dari pinjaman jangka panjang. Adapun kreditur multilateral yang menjadi penyuntik dana antara lain China Development Bank (CDB) serta beberapa gabungan bank pembangunan di Eropa dan Jepang, dengan plafon pinjaman berkisar US$ 1 miliar hingga US$ 3 miliar.
"Pembiayaan tersebut memiliki tenor berbeda, kalau CDB bisa 10 tahun. Namun kalau bank-bank pembangunan itu hanya selama 30 tahun saja," jelasnya.
Sementara 30 persen sisanya yang berkisar Rp 21 triliun, lanjut Sofyan, merupakan ekuitas yang didapat dari PMN sebesar Rp 8 triliun dan laba ditahan yang diperkirakan mencapai Rp 15 triliun.
Sofyan menambahkan, gabungan pendanaan PMN tahun depan dan laba ditahan tersebut nantinya dialokasikan untuk pembangunan 42 ribu kilometer transmisi baru. Selain berharap PMN tahun depan lebih besar, ia berharap PMN tahun ini bisa keluar secepatnya demi mengejar pengadaan listrik 35 ribu megawatt.
"Tahun depan kami ingin tambah PMN Rp 8 triliun, tapi PMN tahun ini yang sebesar Rp 5 triliun belum keluar. Mudah-mudahan keluar dalam waktu singkat karena beberapa BUMN sudah ada yang dapat. Jika sudah dapat, maka kami tak rencanakan terbitkan obligasi atau sumber pendanaan diluar pembiayaan jangka panjang dan ekuitas," terangnya.
Sebelumnya, pada awal tahun lalu PLN mempertimbangkan penerbitan obligasi pada semester II 2015 guna mendanai proyek-proyek perseroan meskipun pada waktu itu Sofyan tak memberitahu berapa besaran surat utang yang akan diterbitkan. Bahkan, sebelumnya diberitakan ada kemungkinan obligasi tersebut akan diterbitkan tahun depan.
Melihat laporan keuangan PLN kuartal I 2015, utang obligasi perusahaan tercatat sebesar Rp 86,04 triliun. Pada tahun ini sendiri, obligasi PLN yang jatuh tempo sebesar Rp 645 miliar dengan tenggat waktu 8 Juli 2015.
(ags/ags)