Jakarta, CNN Indonesia -- Beberapa pengusaha asal Britania Raya tertarik untuk menanamkan modal di sejumlah proyek strategis Indonesia. Minat investasi ini terungkap usai Perdana Menteri Inggris, David Cameron menemui Presiden Joko Widodo dan Menteri Energi dan Sumber Daya (ESDM), Sudirman Said.
"Mereka mengatakan (kalau) mereka siap dengan dana investasi baru. (Tapi) belum sampai pada perhitungan-perhitungan," kata Sudirman di kantor Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Jakarta, Selasa (28/7).
Sebagai informasi, David Cameron bertemu dengan Joko Widodo di Istana Kepresidenan pada Senin malam (27/7). Selanjutnya, Cameron menemui Sudirman Said di kantor Kementerian ESDM pada Selasa (28/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pertemuan tersebut, kata Sudirman, Pemerintah Inggris menyatakan minat sejumlah investornya teraraf pada proyek-proyek strategis, yang meliputi sektor infrastruktur, energi dan industri kreatif.
Mantan bos PT Pindad (Persero) ini menambahkan sektor energi dan pertambangan akan tetap memperoleh porsi yang lebih besar dibandingkan dengan sektor lainnya, mengingat Indonesia tengah meningkatkan pengelolaan sumber daya alam guna mengamankan pasokan energi.
"Energi, ya British Petroleum (BP) sudah jelas. Kemudian listrik mereka mau masuk, geothermal juga mau masuk," tuturnya.
Minta KemudahanDalam kunjungannya, Sudirman juga mengatakan Perdana Menteri Inggris meminta kemudahan dari Pemerintah Indonesia, terutama dalam hal pengajuan izin. Fasilitas ini dibutuhkan untuk menjamin investasi pemodal Inggris, baik yang sudah berjalan maupun yang akan masuk.
"Tentu mereka menekankan soal deregulasi, kemudahan. Ini yang yang sedang kita kerjakan," ujar Sudirman.
Dari catatan yang dikumpulkan CNN Indonesia, David Cameron menyatakan pengusaha Inggris akan menempatkan dana sebesar 1 juta poundsterling atau berkisar Rp 20 triliun di sektor infrastruktur.
Sementara untuk investasi di sektor energi dan pertambangan, potensi investasi dikabarkan bakal mencapai US$ 4 miliar atau setara dengan Rp 538 triliun, yang dikhususkan pada proyek pengembangan energi baru dan terbarukan.
(ags/gen)