Jakarta, CNN Indonesia -- Bank pelat merah, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) membukukan laba sebesar Rp 11,86 triliun pada semester I tahun 2015, tumbuh 1,16 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan laba tersebut lebih rendah dibandingkan dengan semester I 2014 yang tumbuh 17,11 persen.
Direktur Utama BRI, Asmawi Syam mengakui meskipun laba tumbuh, tetapi pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. Menurutnya, perlambatan kredit yang ditandai dengan meningkatnya rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) menjadi penyebabnya.
Pada periode Januari-Juni 2015, NPL perseroan tercatat sebesar 2,33 persen, meningkat signifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 1,69 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Keuangan BRI, Haru Koesmahargyo menjelaskan untuk menyeimbangkan neraca, pada kuartal II perusahaan terpaksa menambah Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebesar 60 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Akibatnya, jelas dia, laba perusahaan di semester I tergerus sehingga pertumbuhannya melambat.
"Idealnya income tumbuh karena Net Interest Margin (NIM) naik, kredit tumbuh, NPL rendah. Sayangnya, kredit tak seluruhnya memberi repayment yang diharapkan, jadi di kuartal II biaya cadangan yang kami cadangkan naik 60 persen. Mau tak mau harus kami keluarkan dan menurunkan pertumbuhan profit jadi 1,16 persen," jelas Haru.
Padahal, kata Haru, pertumbuhan pendapatan bunga semester I tahun ini tidak begitu buruk, di mana BRI membukukan pertumbuhan 18,4 persen menjadi Rp 39,9 triliun. Bahkan, pertumbuhan pendapatan non bunga (fee-based income) di semester I tahun ini juga bertambah sebesar 32,4 persen dibandingkan periode yang sama 2014.
"Kendati kinerja membaik, tapi kondisi ini tidak terelakkan. Makanya kami juga rencanakan untuk menambah coverage ratio CKPN dari 141 persen di semester I tahun ini ke angka 150 persen hingga akhir tahun mendatang. Ke depan kami jaga di level 150 persen," tuturnya.
Dengan adanya rencana ini, maka perusahaan juga memastikan pertumbuhan laba tahun ini tak akan mencapai 10 persen. Dengan demikian, maka sudah dipastikan pertumbuhan laba BRI hingga akhir tahun lebih kecil dibandingkan periode sebelumnya, di mana bank mencatat pertumbuhan laba sebesar 14,35 persen.
"Kami targetkan single digit saja untuk laba, tapi yang pasti angka tersebut mendekati dua digit. Tentunya karena NPL naik yang disettai tambahan coverage ratio provisioning," ujar Haru tanpa mau membeberkan angka pasti pertumbuhan laba tersebut.
Sebagai informasi, NPL terbesar perusahaan disebabkan oleh sektor korporat dimana NPL tercatat di angka 3,28 persen di semester I 2015. Untuk mempertahankan laba, perusahaan menargetkan margin bunga bersih (NIM) sebesar 8 persen hingga akhir tahun, atau lebih besar 0,5 persen dibandingkan semester I tahun ini yang sebesar 7,5 persen.