Jakarta, CNN Indonesia -- Proses produksi di unit 1
Engineering, Procurement, and Contructions (EPC) lapangan Banyu Urip Blok Cepu, di Bojonegoro, Jawa Timur, telah dimulai kembali hari ini (2/8), pasca kerusuhan yang sempat terjadi kemarin.
"Kami melakukan assesment (peninjauan) apakah produksi sudah bisa dilanjutkan. Sekarang sudah selesai, dan bisa dibuka kembali," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Elan Biantoro kepada CNN Indonesia.
Ia mengatakan proses produksi Blok Cepu sempat dihentikan sementara karena fasilitas tersebut dekat dengan api akibat pembakaran yang terjadi saat kerusuhan berlangsung tengah hari kemarin. Namun setelah hari ini ditinjau, SKK Migas mencatat tidak ada instalasi produksi yang dirusak oleh pekerja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang dirusak, dibakar itu hanya kendaraan dan instalasi kantor-kantor," ujarnya.
Selain itu, menurutnya, koordinasi juga telah dilakukan antara ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) selaku operator Blok Cepu dan PT Tripatra-Samsung selaku sub-kontraktor Blok Cepu.
Koordinasi tersebut dilakukan melalui pertemuan-pertemuan yang sudah berjalan sejak kemarin. Hari ini pun, pihak terkait masih terus melakukan pertemuan dan pembahasan. Puncaknya, pertemuan terakhir akan digelar pada 11.00 WIB, besok.
"Tapi kami perlu bicara terus soal evaluasi, melihat investigasi kendala dan penyebab. Apakah itu sekadar lapar atau kurang makan. Intinya introspeksi agar kejadian yang sama tidak terulang kembali," kata Elan.
Perkiraan KerugianMengenai nilai kerugian selama proses produksi dihentikan, Elan mengaku belum bisa memastikan. Menurutnya, angka tersebut saat ini masih dikaji dan belum berbuah hasil.
Walau demikian, Elan memperkirakan kerugian paling besar adalah dari kerusakan kendaraan dan kantor-kantor yang dirusak.
"Yang pasti korban tidak ada," ujarnya.
Kemarin, sejumlah pekerja EPC 1 Blok Cepu mengamuk, diduga karena tak dapat cukup waktu istirahat. Kerusuhan terjadi ketika para pekerja subkontraktor Tripatra-Samsung hendak keluar dari lokasi kerja saat jam makan siang.
Kepala Kepolisian Resor Bojonegoro Ajun Komisaris Besar Hendri Fiuser mengatakan, para pekerja itu marah karena sulit untuk bisa keluar dari lokasi tempat sementara waktu untuk istirahat makan siang terbatas.
Ia menjelaskan ketika memasuki jam istirahat kerja, ribuan pekerja harus antre karena hanya ada dua pintu keluar yang dibuka oleh pihak keamanan sesuai perintah manajemen, padahal biasanya ada lima pintu.
"Perubahan pintu keluar dari lima pintu menjadi dua pintu, karena kebijakan manajemen," ujarnya.
(gen)