Jakarta, CNN Indonesia -- Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) selaku indikator ekonomi pada kuartal II 2015 diprediksi melambat secara marginal dari triwulan sebelumnya di level 4,7 persen. Penyebab utamanya adalah konsumsi rumah tangga yang diprediksi tetap rendah.
“Kami memprediksi pertumbuhan PDB akan melambat secara marginal yaitu tumbuh 4,6 persen secara tahunan pada kuartal II 2015 dari 4,7 persen pada kuartal sebelumnya,” ujar Leo Rinaldy ekonom Mandiri Sekuritas dalam riset, dikutip Rabu (5/8).
Pasalnya, ia menilai konsumsi rumah tangga diprediksi akan tetap rendah, sedangkan traksi investasi belum terlihat. Di sisi perdagangan, meskipun impor turun, aktivitas ekspor tidak membaik. Faktanya, kendati neraca perdagangan membukukan surplus US$ 2 miliar secara kumulatif pada kuartal II 2015, volume ekspor aktual turun 13,1 persen secara tahunan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Meskipun demikian, berita baiknya adalah kami di Mandiri Sekuritas meyakini laju pertumbuhan ekonomi sudah mencapai titik dasarnya, dan akan membaik sepanjang semester II 2015,” jelasnya.
Kepala Riset PT NH Korindo Securities Reza Priyambada menyatakan, pelaku pasar juga mengantisipasi rilis data PDB yang akan dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada Rabu (5/8). “Estimasi kami, PDB kuartal II 2015 akan berada di level 4,61 persen-4,65 persen di mana sejalan dengan konsensus yang ada,” katanya.
Rilis data PDB tersebut juga bakal berpengaruh ke pergerakan pasar uang, meski dinilai tidak sesuai harapan. Reza menilai, laju Rupiah saat ini masih mendekam di zona merah meski pelemahannya sudah mulai berkurang.
“Masih berlanjutnya pelemahan pada harga komoditas membuat laju dolar AS mampu melanjutkan penguatannya sehingga berimbas pada mata uang lainnya,” katanya.
Di sisi lain, meski data-data manufaktur AS cenderung juga melambat, namun indeks manufaktur dari Eropa dan Asia juga variatif cenderung masih melambat sehingga kurang memberikan amunisi positif bagi laju mata uang Asia menguat. Akibatnya laju dolar AS masih cenderung terlihat positif dibandingkan mata uang lainnya.
“Pelaku pasar juga tampaknya pesimistis akan rilis data PDB Indonesia pada Rabu (5/8) yang belum tentu memberikan sentimen positif bagi rupiah,” jelasnya.
(gir/gir)