September, SMF Kembali Terbitkan Surat Utang Rp 1 Triliun

CNN Indonesia
Kamis, 06 Agu 2015 22:21 WIB
Namun pelepasan obligasi tahap ke II bisa mundur dari jadwal demi menyocokkan bunga kupon yang diinginkan perusahaan dengan bunga yang diinginkan pasar.
Direktur Utama PT Sarana Multigriya Financial (SMF), Raharjo Adisusanto memberikan paparan kinerja semester II 2015 di Jakarta, Kamis (6/8). (CNN Indonesia/Galih Gumelar)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pembiayaan properti, PT Sarana Multigriya Financial (SMF) berencana kembali menerbitkan obligasi senilai Rp 1 triliun pada akhir September nanti.

Pelepasan obligasi ini merupakan tahap kedua dari tiga tahap pelepasan obligasi berkelanjutan yang akan diterbitkan perusahaan pada tahun ini dengan total nilai Rp 2,5 triliun hingga akhir tahun.

"Kira-kira akhir bulan depan kami akan masuk pasar untuk terbitkan obligasi tahap kedua. Sebelumnya kami telah lempar Rp 500 miliar terlebih dahulu pada bulan Juni lalu," jelas Direktur Utama SMF Raharjo Adisusanto di Jakarta, Kamis (6/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski telah mengagendakan waktu peluncuran, Raharjo mengaku bahwa pelepasan obligasi tahap ke II ini bisa mundur dari jadwal guna menyocokkan bunga kupon yang diinginkan perusahaan, dengan ekspetasi yang muncul pasar. Selain masalah bunga kupon, perusahaan juga melihat antusiasme pasar terlebih dahulu sebagai salah satu faktor penentu.

"Namun sebelum masuk pasar kembali, kami juga lihat appetite market seperti apa dan berapa besar bunga yang diinginkan. Rata-rata kalau kami minta sesuatu bisa oversubscribed, biasanya sampai empat kali tergantung pricing dan tenornya," jelas Raharjo.

Sebagai informasi, obligasi yang telah dan akan dilempar perusahaan sebanyak tiga tahap tersebut rencananya akan terbagi dalam dua jenis.

Jenis pertama, ialah obligasi memiliki tenor selama 1 tahun dengan bunga kupon berada di kisaran 8,16 persen hingga 8,6 persen. Sedangkan untuk surat utang yang memiliki tenor tiga tahun, bunga kupon yang ditawarkan perusahaan adalah sebesar 8,5 persen hingga 9,25 persen.

Lebih lanjut, Raharjo mengatakan jika bunga dan tenor yang ditawarkan perusahaan tak memenuhi keinginan pasar hingga waktu yang diinginkan, maka SMF akan menggunakan ekuitasnya terlebih dahulu untuk sumber pembiayaan perusahaan untuk disalurkan ke debitur sebagai pengganti dana obligasi yang tertunda tersebut.

Di mana saat ini posisi ekuitas perusahaan per 30 Juni 2015 adalah Rp 4,09 triliun, atau 42,5 persen lebih besar dibandingkan angka periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,87 triliun.

“Kami pakai ekuitas dulu, kalau nanti bunganya mendukung, kami replace ekuitas kami dengan menggunakan obligasi. Jadi sistem likuiditas kami memang begitu, bridging dulu dengan ekuitas baru tutupi dengan obligasi," tambah Raharjo.

Asal tahu, hingga Semester I 2015 utang obligasi perusahaan tercatat pada angka Rp 4,73 triliun. Adapun surat utang perusahaan yang jatuh tempo pada semester II nanti, dikatakan Raharjo, berkisar di angka Rp 1 triliun.

Andalkan PMN

Selain mengandalkan obligasi, SMF juga mengandalkan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebagai salah satu sumber pendanaan untuk menyalurkan pembiayaan. Diakui Raharjo, hingga sekarang PMN yang dijanjikan pemerintah belum cair padahal perusahaan menginginkan uang itu sebagai sentimen positif bagi produk Efek Beragun Aset - Surat Partisipasi (EBA-SP) yang bekerjasama dengan PT Bank Tabungan Negara (BTN) dengan nilai Rp 2 triliun pada bulan ini.

"Katanya sih kuartal III ini mau turun, tapi kami butuh secepatnya sih untuk mendukung pasar EBA SP," terangnya.

Untuk tahun depan, Raharjo pun mengatakan perusahaannya masih membutuhkan PMN namun ia tak meminta tambahan nilai suntikan dana tersebut. Dengan kata lain, SMF menginginkan PMN sebesar Rp 1 triliun pada tahun depan, sama seperti nilai PMN di tahun ini.

“Kami butuh PMN karena ingin mendukung program sejuta rumah, tapi kami lihat juga kemampuan pemerintah dan melihat ekspansi bisnis yang akan kami lakukan kedepannya, jadi mungkin kami tak akan minta PMN lebih dari Rp 1 triliun," tambahnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER