Jakarta, CNN Indonesia -- Foto Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menjadi perbincangan di dunia maya setelah komandan perputaran uang Tanah Air ini membuat publik terkejut dengan dandanannya yang mirip penyanyi musik hip-hop. Pihak BI menyatakan hal tersebut merupakan salah satu 'adegan' dalam rangkaian acara dolar AS vs rupiah, yang kemudian dimenangkan oleh mata uang Garuda.
Dalam foto tersebut, Agus Martowardojo mengenakan jaket
hoodie warna hijau, lengkap dengan beberapa aksesoris khas anak hip-hop antara lain topi
snapback, kalung 'bling-bling' berliontin simbol dollar AS, kacamata hitam, hingga
tattoo lengan dan kaki yang temporer.
Pihak Bank Indonesia menyatakan bahwa Agus Martowardojo berdandan a la
rapper karena mengikuti kegiatan menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 2015. Adapun, acara tersebut dilangsungkan di kantor Bank Indonesia pada Jumat, 7 Agustus lalu dan diikuti oleh segenap karyawan bank sentral tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu sebenernya ada defile (perarakan). Temanya penggunaan rupiah. Jadi ceritanya, pas awal memakai kalung dollar AS, tapi pas di akhirnya dilepas dan ganti pakai batik," ujar staff komunikasi BI Anton Febriawan, Minggu (9/8).
Anton menjelaskan, dalam acara tersebut terdapat tema yang menggambarkan adanya pertarungan antara dolar AS dengan rupiah. Ia menambahkan, awalnya terdapat acara yang menunjukkan bahwa dolar AS menguat, yang kemudian pada akhirnya berubah menjadi penguatan rupiah.
“Awalnya ditunjukkan kalau dolar AS menguat, makanya Pak Agus menggunakan baju rapper. Tapi kemudian pada akhirnya rupiah menguat, yang ditunjukkan dengan pergantian baju menjadi batik,” jelasnya.
Hip-hop dan Amerika Serikat tidak bisa dipisahkan. Aliran musik yang akhirnya menjadi subkultur di negeri Paman Sam ini bermula pada medio 1970-an yang diperkenalkan masyarakat afro-america di kawasan Bronx, New York.
Dandanan Agus Martowardojo yang mirip rapper dan kental dengan nuansa musik asal AS tersebut memang menggelitik. Namun, seperti diketahui, di sisi lain mata uang rupiah saat ini sedang sempoyongan melawan kekuatan dollar AS.
Sejak awal tahun, kurs tengah yang ditetapkan Bank Indonesia telah jeblok 8,81 persen hingga perdagangan Jumat lalu di level 13.536 per dolar AS. Pada akhir Desember 2014, kurs tengah ditetapkan Rp 12.440 per dolar AS.
Adapun sentimen utama perkasanya dollar AS terhadap hampir semua mata uang dunia ini disebabkan karena rencana bank sentral negeri Paman Sam (Federal Reserve/The Fed) untuk menaikkan suku bunga acuannya (Fed rate).
Rencana tersebut dinilai bakal segera direalisasikan karena data ekonomi AS kian menunjukkan perbaikan. Rilis data pemerintah AS menunjukkan adanya penambahan tenaga kerja sejumlah 215.000 pada Juli lalu.
Presiden Federal Reserve wilayah Atlanta, Dennis Lockhart menyatakan tidak ada masalah dalam perekonomian AS yang membuat pihaknya harus menahan penaikan Fed rate. Ia bahkan menyatakan perlu adanya 'kerusakan' ekonomi untuk membuatnya tidak setuju dengan penaikan Fed rate.
“Butuh adanya 'kerusakan' signifikan dalam gambaran ekonomi bagi saya, untuk menjadi segan dalam menaikkan (suku bunga),” ujarnya seperti dikutip dari Reuters.
Namun, Agus Martowardojo optimistis jika Fed rate nantinya diubah, maka pasar keuangan diharapkan bisa menyesuaikan keadaan. Alasannya, ia menyebut pelemahan rupiah kali ini lebih disebabkan oleh pengaruh eksternal seperti penguatan ekonomi AS dan sentimen The Fed yang dinilai belum jelas.
"Rupiah tertekan karena kondisi eksternal seperti kekuatan AS dan
statement Fed rate akan naik. Kalau jelas Fed rate naik, situasi kami harap akan lebih stabil," terang Agus di Jakarta, belum lama ini.
(gir/gir)