Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Rakyat China (People's Bank of China/PBOC) secara mengejutkan sengaja menurunkan nilai mata uang Yuan sebesar 2 persen pada hari ini, Selasa (11/8).
Devaluasi tersebut merupakan yang terbesar dalam dua dekade terakhir dan muncul tiba-tiba di tengah pertumbuhan ekonomi China yang melambat dan meningkatnya volatilitas pasar saham di Negeri Tirai Bambu.
Dikutip dari CNN Money, PBOC menyatakan Yuan harus terdevaluasi sebesar 1,9 persen karena nilai titik tengahnya telah menyimpang dari titik keseimbangan pasar. Sampai saat ini PBOC memiliki kontrol atas penetapan titik tengah Yuan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena China menjaga surplus perdagangan yang relatif besar, nilai efektif (Yuan) relatif kuat, yang tidak sepenuhnya konsisten dengan ekspektasi pasar," ujar perwakilan PBOC dalam keterangannya.
Kebijakan tersebut langsung direspon negatif oleh pelaku pasar seiring dengan rontoknya sejumlah bursa saham di Asia dan Eropa. Para investor khawatir akan ada pengaruh atas pelambatan ekonomi China.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi signifikan sebesar 126 poin atau 2,66 persen di level 4.622. Sementara itu, nilai tukar rupiah terkoreksi sebesar 64 poin atau 0,48 persen ke Rp13.615 per dolar AS.
(ags)