Pasar Tunggu Langkah Konkret Menteri Baru Jokowi

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Rabu, 12 Agu 2015 14:14 WIB
Rencana perombakan Kabinet Kerja, khususnya kementerian di bidang ekonomi ditengarai telah membuat para pelaku pasar berspekulasi.
Armida Alisjahbana, mantan Kepala Bappenas. (CNN Indonesia/Elisa Valenta Sari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Rencana perombakan Kabinet Kerja, khususnya kementerian di bidang ekonomi ditengarai telah membuat para pelaku pasar berspekulasi. Pelaku pasar menaruh harapan sangat besar terhadap nama-nama menteri baru yang akan menggerakkan roda perekonomian Indonesia.

Pengamat ekonomi, yang juga Guru Besar Ilmu Ekonomi, Armida Alisjahbana, mengatakan dalam kurun waktu satu hari isu reshuffle berhembus, dinamika besar terjadi di pasar modal dan keuangan. Hal itu ditandai dengan anjloknya nilai tukar rupiah ke level Rp 13.800 hari ini.

"Kita tunggu saja. Tentu semua mengharapkan termasuk saya, apabila benar reshuffle tentu kita mengharapkan meningkatkan kepercayaan pasar. Karena pertama yang terjadi detik-detik ini kan sangat berpengaruh ke kepercayaan pasar," ujar Armida saat ditemui di kantor Badan Pusat Statistik, Rabu (12/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Armida mengatakan pelemahan rupiah akibat sentimen eksternal memang ada, khususnya disebabkan oleh devaluasi mata uang China. Namun mantan Kepala Bappenas itu menilai isu tekanan eksternal bukanlah hal yang baru.

"Memang di-trigger yuan 1,9 persen, jadi tentu harapannya bisa segera diatasi. Jadi betul kalau ada tekanan eksternal. Tapi tekanan ini sudah dari 2012 lalu sebetulnya," ujar Armida.

Mantan Kepala Bappenas era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu mengatakan saat ini pasar menanti langkah kongkret dari para menteri ekonomi yang baru, untuk menangkal sentimen eksternal. “Jadi tentu yang ditunggu pasar termasuk ekonom adalah apa langkah strategis pemerintah dan terintegrasi dari pemerintah utk memitigasi faktor eksternal ini," ujarnya.

Bank Indonesia mencatat secara umum, hampir seluruh mata uang global mengalami depresiasi. Sebagai ilustrasi, mata uang ringgit Malaysia melemah sebesar 13,3 persen (ytd), won Korea melemah sebesar 7,9 persen (ytd) , baht Thailand melemah sebesar 7,4 persen (ytd), yen Jepang melemah 4,8 persen (ytd), euro melemah sebesar 8,9 persen (ytd), real Brazil melemah 29,4 persen (ytd), dan dolar Australia melemah sebesar 10,6 persen (ytd).

Sementara rupiah dari Januari hingga Minggu I Agustus 2015 melemah sebesar 9,8 persen. (Baca: Bank Indonesia: Rupiah Jatuh Terlalu Dalam) (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER