Target Pertumbuhan Ekonomi Jokowi Dinilai Tak Realistis

Rinaldy Sofwan Fakhrana | CNN Indonesia
Sabtu, 15 Agu 2015 14:45 WIB
Target angka pertumbuhan ekonomi Presiden Joko Widodo sebesar 5,5 persen dinilai tidak realistis. Perekonomian global dinilai tak mendukung.
Presiden Joko Widodo di Gedung DPR, Jakarta. (CNN Indonesia/Reuters/Darren Whiteside)
Jakarta, CNN Indonesia -- Target angka pertumbuhan ekonomi Presiden Joko Widodo sebesar 5,5 persen dinilai tidak realistis. Ditemui di Jakarta, Sabtu (15/8), pengamat ekonomi politik Ichsanuddin Noorsy, menyebut angka tersebut belum dapat dicapai.

Masalahnya, kata dia, situasi perekonomian global yang belum kondusif tidak mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Amerika Serikat, menurutnya, akan terus bertahan menghadapi tantangan dari China.

Ichsanuddin juga mengatakan, sejumlah studi menunjukkan China telah melampauai Amerika Serikat dalam hal kemampuan belanja. Dengan persaingan ketat antara kedua negara itu, nilai tukar masih akan terus berfluktuasi dan memengaruhi segala aspek ekonomi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu terlalu optimistis. Mestinya Pak Jokowi bisa lebih realistis," ujarnya.

Pertumbuhan yang paling memungkinkan berdasarkan perhitungan dia berkisar pada angka 5 persen dengan plus-minus 0,2 persen. Artinya, kemungkinan angka pertumbuhan tertinggi yang dapat dicapai hanya sebesar 5,2 persen dan angka terendahnya 4,8 persen, sama dengan tahun sebelumnya.

"Memang berat, seperti saya bilang. Terutama karena nilai tukar yang tidak jelas, infrastruktur yang tidak ada hasilnya dalam waktu singkat, dan efektivitas ke desa belum bisa mengatasi ketimpangan dengan baik," kata Ichsanuddin.

Sementara itu, Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Hendrawan Supratikno mengatakan, pemerintah justru lebih realistis dengan menetapkan target 5,5 persen. Alasannya, perekonomian dunia pada tahun yang akan datang diprediksi akan menjadi lebih baik.

"Kami menilai RAPBN (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) 2016 lebih realistis, dan pemerintah juga menekankan perkembangan ekonomi harus inklusif. Kami harap dapat menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan dan tidak menciptakan ketimpangan di masyarakat," ujarnya.

Selain itu, dia juga mengatakan, RAPBN 2016 disampaikan Presiden tidak lama setelah reshuffle kabinet yang mengubah formasi tim ekonomi. Dia berharap, dengan formasi baru, pemerintah dapat bekerja lebih cerdik dan hati-hati. "Selain itu, pemerintah juga harus berhati-hati dalam menghadapi segala faktor eksternal," kata Hendrawan. (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER