Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) memprediksi perputaran uang selama pelaksanaan serentak pemilihan kepala daerah (Pilkada) pada akhir tahun ini akan menyumbang lebih dari 0,3 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara menilai keterlibatan berbagai tingkat daerah dalam Pilkada serentak akan sangat mendorong konsumsi domestik, berbeda dengan pemilu presiden yang mayoritas didorong oleh konsumsi pemerintah pusat.
"Pilkada ini akan mendorong konsumsi masyarakat, seperti belanja untuk kampanye. Kalau dari pemilu sebelumnya peningkatan belanjanya terbatas karena ini semua lebih ter-cover dan tertata rapi," ujar Tirta saat dihubungi CNN Indonesia, Senin (10/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayangnya, menurut Tirta, BI belum menghitung secara pasti berapa jumlah uang yang beredar saat penyelenggaraan pilkada serentak nanti. Kendati demikian, Tirta meyakini sumbangan Pilkada serentak terhadap ekonomi nasional akan lebih tinggi dari kontribusi Pemilu Presiden tahun lalu yang mencapai 0,3 persen.
"Bisa kemungkinan lebih besar, karena ini mendorong dari sisi konsumsi daerah yang melibatkan sejumlah tingkat Provinsi dan Kabupaten," ujar Tirta.
Menurutnya, sektor perdagangan, jasa, komunikasi dan transportasi juga akan tumbuh positif seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat saat kampanye Kepala Daerah.
Tirta memperkirakan pada sektor itu pula, penyaluran kredit perbankan akan tinggi pada sektor-sektor tersebut. Dampak pelonggaran uang muka kredit (loan to value/LTV) pun diperirakan akan sangat terasa pada kuartal IV.
"Sampai semester II harapannya pertumbuhan kredit akan lebih tinggi, karena penyerapan anggaran pemerintah juga diperkiraakan lebih tinggi di semester II," katanya.
Bagi perbankan, lanjut Tirta, BI akan mendukung melalui instrumen LTV dan Giro Wajib Minimun (GWM) yang aturannya sudah diterbitkan beberapa waktu lalu. Dengan demikian pertumbuhan kredit perbankan tahun ini ditargetkan mencapai 11-13 persen.
"Sementara baru dua itu, lainnya mungkin berbentuk pendalaman pasar dimana nantinya potensi perbankan untuk mendapatkan sumber pembiayaan bisa jadi lebih besar," ujarnya.
(ags)