Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi kembali mengalami pelemahan karena minimnya sentimen positif setelah rilis surplus neraca perdagangan dalam negeri tidak ditanggapi pelaku pasar secara baik.
Kepala Riset PT NH Korindo Securities Reza Priyambada mengatakan, pada perdagangan Rabu (19/8) IHSG diperkirakan berada dalam rentang support 4.485-4.490 dan resisten 4.530-4.544. Laju IHSG berada di bawah area target support 4.544-4.572 dan gagal mendekati area target resisten 4.605-4.621.
“Belum adanya sentimen positif dapat memicu pelaku pasar kembali melancarkan aksi jual. Buy on Weakness pun belum dapat kami sarankan jika tren masih bergerak melemah dan volume jual masih cukup besar. Diharapkan aksi jual dapat mereda untuk menahan pelemahan IHSG lebih lanjut. Meski demikian, tetap mewaspadai serta cermati sentimen yang akan muncul,” jelasnya dalam riset, Selasa (18/8)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait perdagangan sebelumnya, Reza menilai tampaknya aksi jual masih tak terbendung pasca Libur HUT Kemerdekaan RI. Ia beranggapan tidak ada kado kemerdekaan dari lantai bursa saham yang diberikan untuk HUT RI selain ‘warna merah’ yang diberikan.
“Masih maraknya sentimen negatif membuat IHSG masih harus merana di zona merah. Seluruh sektor mengalami pelemahan tak terkecuali. Hanya beberapa saham yang masih dapat berada di zona hijau dan mayoritas pada saham-saham second liner. Melemahnya sejumlah bursa saham Asia dan belum adanya sentiment positif dari dalam negeri membuat laju IHSG kian terkapar,” ungkapnya.
Reza menilai IHSG telah mengesampingkan tiga momen yang diharapkan awalnya dapat memberikan sentimen positif, yaitu pidato Presiden di lantai bursa IDX saat HUT Pasar Modal; reshuffle cabinet dimana diisi mayoritas muka-muka lama dan inner cycle; serta pidato kenegaraan yang menyampaikan RAPBN beberapa hari sebelum HUT RI.
“Semua momen tersebut tidak terlalu mendapat tanggapan positif dan kebetulan pula kurang kuat menahan sentimen pelemahan dari eksternal. Adanya rilis surplus neraca perdagangan dan tetapnya BI rate juga tidak mampu menghalau pelemahan yang terjadi,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan data-data ekonomi Indonesia sebenarnya tidak terlalu buruk. Namun, memang pelaku pasar juga terpengaruh sentimen global dan regional Asia.
“Data-data ekonomi kita sebenarnya enggak jelek-jelek amat. Biarpun kondisi ekonomi terlihat jelek dengan turunnya impor dan ekspor, tapi dengan neraca perdagangan yang surplus, Pemerintah terlihat disiplin dalam menjaga neraca perdagangan. Tidak impar-impor seperti Pemerintah sebelumnya,” katanya dalam ulasan.
(gir/gir)