Komisi VI DPR Ganjal Upaya AP II Cari Tambahan Modal

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Kamis, 27 Agu 2015 15:20 WIB
Anggota Komisi VI DPR tidak terkesan dengan kinerja Direksi baru PT Angkasa Pura II, terutama dalam penyelesaian pengembangan terminal 3 Soekarno-Hatta.
Pesawat komersial melintas di dekat proyek pembangunan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta,Tangerang, Banten, Rabu (25/2). (ANTARA FOTO/Iggoy Al Fitra)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan operator bandara milik negara PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II mengajukan permintaan tambahan modal melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016 sebesar Rp 2 triliun.

Namun upaya tersebut diganjal anggota Komisi VI Dewan Perwakilam Rakyat (DPR) yang meminta AP II memenuhi sejumlah syarat untuk memperoleh persetujuan PMN.

Deputi Bidang Usaha Konstruksi, Sarana, dan Prasarana Perhubungan Kementerian BUMN Pontas Tambunan menjelaskan tambahan modal tersebut akan digunakan untuk mengurai kemacetan di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) Cengkareng Tangerang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pontas mengatakan, akibat padatnya lalu lintas udara di Bandara Soetta tersebut, berdampak banyak jadwal penerbangan terlambat (delay). Perlu diketahui AP II saat ini melayani 77 pergerakan pesawat per jam, dari kapasitas ideal 72 pesawat per jam. Kondisi tersebut membuat pesawat harus berputar terlebih dahulu sebelum mendarat di landasan Soetta.

"Kondisi ini menimbulkan kepadatan dan delay," kata Pontas dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Kamis (27/8).

Menanggapi permohonan PMN tersebut Anggota Komisi VI Farid Al Fauzi menilai manajemen baru AP II belum menunjukkan kinerja yang membanggakan. Sehingga ia mempertanyakan diajukannya usulan pemberian PMN untuk AP II tersebut.

Terlebih mega proyek Terminal 3 Ultimate tak kunjung selesai. Padahal AP II telah menerima PMN sebesar Rp 2 triliun dalam APBNP 2015.

"Kapan Terminal 3 Ultimate bisa soft opening ? Karena kita udah menunggu lama. Manajemen bilang April 2016 sudah selesai, karena kemarin DPR sudah setuju suntik Rp 2 triliun untuk tahun ini. Sehingga PMN itu jadi sia-sia," ujar Farid.

Politisi Fraksi Hanura mengakui AP II memang membutuhkan modal untuk menyeimbangkan meningkatnya kebutuhan perbaikan fasilitas bandara Soetta dengan pertumbuhan jumlah penumpang pesawat. Namun ia menilai rencana bisnis yang diajukan AP II sebagai perusahaan operator bandara terbesar di Asean belum memuaskan.

"Memang PMN ini alternatif terbaik untuk AP II, tapi bukan untuk negara. Berikan kami alasan. Business plan yang mulus. Bagaimana caranya untuk menghindari delay, safety-nya ditingkatkan," katanya. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER