Faisal Basri Pertanyakan Program Swasembada Pangan Jokowi

Gentur Putro Jati | CNN Indonesia
Rabu, 02 Sep 2015 09:31 WIB
Faisal Basri mencatat dalam empat bulan terakhir kontribusi harga makanan terhadap inflasi sangat dominan. Rata-rata mencapai sekitar 50 persen.
Ekonom Universitas Indonesia. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri tidak terkesan dengan capaian inflasi Agustus 2015 sebesar 0,39 persen, yang lebih rendah 0,54 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Menurut Faisal selama komponen pendorong inflasi masih disumbang oleh kenaikan harga makanan, gembar-gembor swasembada pangan Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) patut dipertanyakan.

“Logikanya kalau produksi meningkat cukup signifikan, harga setidaknya tidak naik, apalagi kalau sudah swasembada,” ujar Faisal dalam risetnya, dikutip Rabu (2/9).

Namun, kenyataannya jauh berbeda. Faisal mencatat, dalam empat bulan terakhir kontribusi harga makanan terhadap inflasi sangat dominan. Rata-rata mencapai sekitar 50 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Pada Mei andil bahan makanan terhadap inflasi sebesar 56 persen. Bulan berikutnya naik menjadi 61,1 persen. Bulan Juli turun mnjadi 43 persen, namun pada bulan Agustus naik lagi menjadi 48,7 persen,” ujarnya.

Sepanjang bulan lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat komoditas bahan pangan yang paling dominan memberikan andil terhadap inflasi adalah daging ayam ras, beras, cabai rawit, telur ayam ras, dan daging sapi.

Menurut Faisal penyumbang inflasi yang dominan pada Juli juga hampir sama yaitu daging ayam ras, beras, daging sapi, dan cabai rawit. Sedangkan pada bulan Mei yang dominan adalah daging ayam ras dan telur ayam ras.

“Seandainya harga bahan makanan stabil, inflasi hanya sekitar separuh dari tingkat sekarang yang pada bulan Agustus mencapai 7,18 persen secara year on year,” katanya.

Lemahkan Rupiah

Mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi itu menambahkan, tingginya harga makanan sepanjang 2015 ini semakin menambah pelemahan rupiah. Faisal mengatakan pada dasarnya nilai tukar suatu mata uang merupakan cerminan dari daya beli relatif.

“Jika inflasi kita lebih tinggi ketimbang negara-negara tetangga, maka kemerosotan nilai tukar kita bakal lebih tajam ketimbang negara tetangga. Dibandingkan dengan negara tetangga ASEAN, inflasi kita paling tinggi, terhadap Vietnam sekalipun,” ujarnya. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER