Impor Sapi dari Negara Alternatif Baru Dibuka Tahun Depan

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Jumat, 25 Sep 2015 11:12 WIB
Pengusaha penggemukan sapi mendukung pemerintah dan merekomendasikan Brazil dan Uruguay sebagai negara alternatif pemasok sapi ke Indonesia.
Pengusaha penggemukan sapi mendukung pemerintah dan merekomendasikan Brazil dan Uruguay sebagai negara alternatif pemasok sapi ke Indonesia. (ANTARA FOTO/Aloysius Djarot).
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah masih mencari negara alternatif selain Australia dan Selandia Baru yang selama ini menjadi negara utama pemasok sapi ke Indonesia. Mengingat syarat utamanya cukup berat yaitu harus berasal dari negara bebas penyakit mulut dan kuku, pemerintah memperkirakan impor sapi dari negara alternatif baru bisa dilakukan tahun depan.

“Pasti ada kemungkinan negara lain memasok sapi ke Indonesia. Cuma lagi diatur infrastrukturnya. Kan ketentuannya harus bebas penyakit mulut dan kuku. Sementara yang bebas penyakit itu cuma Australia dan Selandia Baru,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Karyanto Suprih di kantornya, Jakarta, Jumat (25/9).

Kendati demikian, menurut Karyanto, dibukanya keran impor sapi dari negara lain paling cepat baru dilakukan tahun depan. Selain menyiapkan infrastruktur, pemerintah juga harus melakukan karantina dan proses terkait lainnya guna memastikan daging impor yang beredar aman dikonsumsi masyarakat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Tahun ini nggak mungkin. Tahun depan mungkin karena harus dicari karantina dulu dan segala macam,” kata Karyanto.

Terkait dengan asal negara, Karyanto mengatakan pemerintah tidak membatasi selama sapi asal negara itu bebas dari penyakit mulut dan kuku.

Sementara salah satu perusahaan penggemukan sapi (feedloter), PT Santosa Agrindo mendukung pemerintah membuka opsi negara lain untuk menjadi pemasok sapi ke tanah air. Tingginya ketergantungan Indonesia akan sapi Australia, membuat pengusaha lokal harus mengikuti harga jual yang ditetapkan para pedagang asal negeri Kangguru.

“Karena single supplier sapi-nya adalah Australia dan tidak ada negara lain, akibatnya mereka bisa mengontrol kita,” kata Safuan Kasno Soewondo, Vice President Country Head of Beef – Indonesia Santosa Agrindo saat ditemui CNN Indonesia, Selasa (22/9) lalu.

Brazil dan Uruguay

Safuan mengungkapkan harga bobot hidup sapi Australia pada kuartal keempat tahun ini diperkirakan mencapai US$ 2,95 per kilogram (kg) atau Rp 46 ribu dengan asumsi kurs rupiah Rp 14.500 per dolar.

“Jadi tidak usah diatur memang harganya seperti itu,” tutur Safuan.

Safuan berharap pemerintah segera membuka pasar impor sapi dari negara lain, sehingga Indonesia tidak tergantung pada suplai negara tertentu. Beberapa negara yang diusulkannya adalah Brazil dan Uruguay.

“Impor dari India tidak bisa. Karena India buruk sekali cara pengelolaan penyakitnya. Kami tidak memilih India, namun Brazil dan Uruguay. Sapinya bagus dan mereka cuma short term area saja yang kena (penyakit) itu,” ujarnya.

Sejauh ini, baru Pemerintah Kolombia yang telah mengungkapkan ketertarikannya untuk menjadi pengekspor sapi ke tanah air.

“Sejak beberapa tahun lalu mereka meminta untuk dibukakan pintu impor sapi. Tapi kalau dibuka pintu impornya, siapa tahu lebih baik karena harganya bisa lebih murah dibanding sapi asal Australia. Kami belum bisa jawab apa-apa ke mereka dalam hal ini," jelas Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Amerika Latin Jacobus Dwihartanto, di Jakarta, Senin (14/9) silam.

Sebagai informasi, Kemendag telah mengeluarkan izin impor sapi sebesar 50 ribu ton pada kuartal III 2015. Angka ini merosot tajam dari realisasi impor sapi pada kuartal I yang sebesar 97,61 ribu ekor dari target impor 100.000 ekor dan kuartal II yang terealisasi 201,64 ribu ekor dari target impor 267,62 ribu ekor. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER