Kendalikan Harga, Pertamina Diminta Tak Lagi Jual Gas ke Calo
Gentur Putro Jati | CNN Indonesia
Senin, 28 Sep 2015 10:25 WIB
Bagikan:
url telah tercopy
Pekerja beraktivitas di anjungan lepas pantai Mike-Mike, milik PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) di Perairan Jawa Barat, Jumat 18 Juli 2015. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) diminta lebih selektif dalam menjual gas bumi dengan tak lagi melayani pembelian dari para trader.
Desakan ini dilontarkan lantaran penjualan gas kepada trader dinilai tak memberikan kontribusi yang signifikan dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan gas bumi di Indonesia.
Kepala Pengkajian Energi Universitas Indonesia, Iwa Garniwa mengatakan para trader gas yang umumnya hanya bermodalkan kertas itu diketahui enggan membangun infrastruktur dan hanya berharap rente dari posisinya sebagai calo gas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal seharusnya, para trader gas yang selama ini menjadi rekanan Pertamina juga harus membangun infrastruktur dalam rangka melengkapi infrastruktur gas di Indonesia.
"Jika hanya bermodalkan kertas saja tanpa punya infrastruktur sangat tidak bagus, setahu saya ada lebih dari 60 trader broker gas," kata Iwa, Senin (28/9).
Iwa menambahkan, adanya desakan untuk memperbaiki tata kelola tesebut dilakukan karena gas merupakan produk energi fundamental yang tidak bisa begitu saja diserahkan pada calo lantaran komoditas ini menguasai hajat hidup orang banyak.
Jika dikuasai para calo, kata dia maka liberalisasi gas semakin menjadi karena mekanisme tersebut hanya mengedepankan unsur mencari keuntungan semata.
Menurutnya, Undang-Undang (UU) Migas jelas menyebut bahwa gas itu merupakan penguasaan negara. Namun ironisnya, produk hukum turunan seperti Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri justru malah memberi keistimewaan kepada calo.
"Ujung-ujungnya posisi Pertamina seakan bukan lagi jadi bagian pemerintah tapi jadi bagian pebisnis tadi. Seolah dengan liberalisasi harga turun, padahal tidak ada ceritanya. Broker trader itu hanya menambah biaya saja," tegasnya.
Seiring dengan desakan untuk memperbaiki tata kelola gas Iwa bilang, dirinya mengingatkan pemerintah juga harus konsisten dalam menertibkan para penghubung (broker) gas yang selama ini turut menyebabkan tingginya harga gas.
Selain tingginya harga, katanya para broker juga kerap mempermainkan pasokan sehingga harga gas bumi melambung. Hal ini akan bertambah parah apabila tidak ada persyaratan ketat dari Pertamina dalam mengalokasikan gas kepada calo tersebut.
"Ketika gas dari Pertamina dijual ke trader tadi, masa tidak ada persyaratan apa pun. Harga minyak dan gas memang diatur pemerintah tapi jika objeknya dikuasai broker swasta, akhirnya Pertamina hanya jadi stempel," tandas Iwa.(dim)