Padahal, hingga akhir Desember mendatang manajemen Wika menargetkan bisa memperoleh total kontrak senilai Rp 54,39 triliun.
“Target kontrak baru sebesar Rp 31,64 triliun dan
carry over dari tahun 2014 sebesar Rp 22,7 triliun,” ujar Suradi, Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya dalam keterangan resminya, Selasa (29/9).
Suradi menjelaskan, beberapa kontrak baru yang telah diperoleh hingga September 2015 berasal dari proyek Tol Cisumdawu 2, Jembatan Manggar Balikpapan, Underpass Simpang Manggar, Jalan Oksibil Papua, Jalan Iyur Iyam, hingga Aksesoris Commoro.
Tak cuma itu, katanya, manajemen Wika juga kedapatan untuk membangun proyek Gedung Freeport Indonesia, Gedung Kantor Yodya, hingga Beach Club Ferry Terminal.
“Selain itu, perseroan saat ini juga telah mencatatkan beberapa penawaran terendah pada beberapa proyek gedung, bendungan dan jalan tol,” ungkapnya.
Berangkat dari hal itu, Suradi pun berharap proyek-proyek tadi dapat berkontibusi dalam meningkatkan capaian nilai kontrak baru menjadi Rp 15,64 triliun, atau mencapai 49,43 persen dari target kontrak baru 2015 sebesar Rp 31,64 triliun pada bulan Oktober mendatang.
Garap Proyek Garuda
Meski perolehan kontrak perseroan masih di bawah target, Suradi bilang manajemen Wika turut berbangga lantaran pembangunan Hanggar Narrow Body & Fasilitas Pendukungnya (Hanggar 4) di Kawasan Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang selesai.
Asal tahu, Hanggar 4 merupakan hanggar terbesar di dunia yang dibangun oleh perseroan.
Di mana hanggar ini berfungsi untuk mengakomodir kegiatan-kegiatan perawatan dan perbaikan pesawat atau Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) jenis pesawat berbadan kecil (narrow body) berkapasitas 16 pesawat sekelas Airbus 320 dan Boeing 737.
Sementara pembangunan proyek Hanggar Narrow Body & Fasilitas Pendukungnya (Hanggar 4) dimulai pada tahun 2013 dengan jangka waktu 21 bulan kalender kerja.
“Wijaya Karya bangga dapat bersinergi dengan BUMN lain dalam membangun infrastruktur perhubungan udara nasional agar mampu menunjukkan daya saingnya di dunia internasional,” ujar Direktur Utama Perseroan, Bintang Perbowo.
Wika, Bintang bilang, juga baru saja menandatangani nota kesepahaman dengan PT Pertamina (Persero) untuk mengembangkan bisnis aspal hybrid grade tinggi.
Hal itu dilakukan guna memperkuat bisnis kedua perseroan dan mendukung pengembangan infrastruktur nasional.
Bintang mengungkapkan, saat ini perseroan juga memiliki potensi pengolahan aspal alam di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara yang aktivitasnya dioperasikan anak usaha yakni, PT Wijaya Karya Bitumen (WIKA Bitumen).
“Kami optimistis dengan kerjasama strategis antara Pertamina dan WIKA untuk pengembangan aspal hybrid ini potensi tersebut akan dapat tergarap secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk proyek-proyek infrastruktur nasional yang ditangani oleh WIKA,” tandas Bintang.