Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menegaskan pinjaman sebesar US$ 1 miliar dari China Development Bank (CDB) diperoleh tanpa menyertakan jaminan, baik berupa aset maupun saham. Selain itu, pinjaman ini juga tidak disertai dengan persyaratan khusus yang mengikat seperti harus memboyong pekerja China pada proyek infrastruktur yang didanai BRI melalui pinjaman tersebut.
“Kami tegaskan kembali bahwa pinjaman ini tanpa jaminan atau tanpa syarat-syarat yang mengikat,” tutur Direktur Utama BRI Asmawi Syam kala mengikuti Rapat Dengar dengan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Gedung DPR, Selasa (29/9).
Sebelumnya, tiga bank pelat merah beberapa waktu lalu telah menandatangani kesepakatan pinjaman dengan CDB dengan total US$ 3 miliar atau setara dengan Rp 44, 18 triliun (asumsi kurs tengah rupiah Bank Indonesia hari ini Rp 14.728 per dolar). Selain BRI, kedua bank lainnya adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), dan PT Bank Mandiri Tbk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bertenor 10 tahun, sebanyak 70 persen dari pinjaman dikucurkan dengan denominasi dolar dengan tingkat suku bunga LIBOR 6 bulan +2,85 persen atau setara dengan 3,4 persen per tahun. Sedangkan 30 persen sisanya berdenominasi renminbi (yuan) dengan tingkat bunga Shibor 6 bulan +3,3 persen atau setara dengan 6,62 persen per tahun.
Asmawi mengungkapkan pinjaman murni
business to business (BtoB) dan bersifat komersial. Nantinya pinjaman ini akan disalurkan untuk membiayai pembangunan infrastruktur Tanah Air dimana bersifat jangka panjang.
“Pinjaman CDB ini sesuai dengan kebutuhan pembiayaan infrastruktur. Perlu diketahui juga pinjaman infrastruktur itu berjangka panjang sehingga pembiayaan yang dibutuhkan berasal dari pendanaan jangka panjang,” ujarnya.
Kendati demikian, lanjut Asmawi, total pinjaman yang diberikan pada tiga bank pelat merah itu masih jauh dibawah total kebutuhan pembiayaan pembangunan infrastruktur pemerintah hingga tahun 2019 yang mencapai Rp 5,5 ribu triliun.
“Memang pinjaman itu masih jauh dari kebutuhan, tidak sampai satu persen. Angkanya itu tidak sampai satu persen dari kebutuhan pembiayaan kalau kita mengikuti
list of project dari pemerintah yang kurang lebih Rp 5,5 ribu triliun,” ujarnya.
Sebagai informasi, kredit infrastruktur BRI pada semester I 2015 tercatat sebesar Rp 26,41 triliun, atau 20,08 persen dari total kredit korporasi perusahaan sebesar Rp 131,5 triliun. Kredit infrastruktur tercatat memiliki porsi sebesar 5,24 persen dari total kredit
outstanding BRI yang tercatat sebesar Rp 503,6 triliun.