Jakarta, CNN Indonesia -- Manajemen PT Pertamina (Persero) mengklaim mampu menurunkan impor premium secara bertahap menyusul pengoperasian proyek
Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) Cilacap dan penggunaan kilang pengolahan milik Trans Pacific Petroleum Indonesia (TPPI) di Tuban.
Dengan dioperasikannya dua fasilitas tadi, manajemen Pertamina berhitung bakal mendapatkan tambahan produksi premium sebesar 91 ribu barel per hari (bph) yang diperoleh dari RFCC Cilacap sekitar 30 ribu bph dan TPPI berkisar 61 ribu bph.
"Berdasarkan pengecekan terakhir, RFCC Cilacap sudah siap 100 persen beroperasi komersial dan diharapkan pada pekan kedua Oktober proyek tersebut akan diresmikan pengoperasiannya. Dengan beroperasinya RFCC Cilacap tersebut impor Premium akan berkurang sekitar 30 ribu bph atau 10,95 juta barel per tahun yang setara dengan 10 persen impor,” kata Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (30/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara untuk kilang TPPI Tuban, Wianda menuturkan saat ini manajemen perusahaan tengah memulai proses start-up agar dalam waktu dekat bisa mengoperasikan kilang tersebut.
Sayangnya di tengah upaya pengoperasian kilang TPPI yang merupakan arahan dari Wakil Presiden Jusuf Kalla, Wianda bungkam ihwal nilai akuisisi yang dikucurkan Pertamina untuk membeli saham
Argo Capital BV sebesar 26,61 persen.
“Dengan beroperasinya dua unit tersebut, total potensi pengurangan impor Premium Pertamina mencapai 91 ribu bph atau sekitar 33,21 juta barel per tahun. Dengan asumsi harga indeks pasar
gasoline sekitar US$ 60 per barel, artinya nilai pengurangan impornya mencapai US$ 1,99 miliar dalam setahun,” tuturnya.
Akuisisi TPPISeperti yang diketahui, komposisi saham TPPI saat ini digenggam oleh Pertamina sebesar 21,98 persen, Argo Capital BV mencapai 26,61 persen, Tuban Petrochemical Industries sebesar 19,16 persen, Vitol BV sekitar 8,81 persen, Polytama Propindo 6,77 persen, Tuban Petroxhemicals Pte 5,15 persen, Nippon Catalyst Pte 4,51 persen, UOP 4,02 persen, Sijitz Corp 1,07 persen dan investor lain sekitar satu persen.
Sebelumnya Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengklaim pengoperasiaan kilang TPPI yang berkapasitas total 100 ribu bph tersebut mampu menambah jumlah produksi BBM perseroan mencapai 15 persen.
"Dan paling penting dia (kilang) akan meningkatkan 10-15 persen produksi nasional dan itu akan kurangi impor (BBM) serta mengurangi belanja devisi US$ 70 juta sampai US$ 80 juta," ujar Dwi di Jakarta, Senin (28/9).
(dim/gen)