Jakarta, CNN Indonesia --
Rendahnya harga kelapa sawit (Crude Palm Oil) di pasar global membuat manajemen PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) menunda sejumlah agenda ekspansi.
Satu diantaranya adalah penundaan pembangunan pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) baru di Kalimantan Timur (Kaltim) yang awalnya diproyeksikan bisa selesai tahun.
"Itu masih belum pasti di tahun depan. Kami masih hitung jumlah buah yang masuk produksi apakah naik tahun depan atau tidak. Harganya saat ini masih relatif karena sebagian komponnen menggunakan dolar, sehingga angka investasi belum terlalu pasti," ujar Presiden Direktur Lonsum Benny Tjoeng dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (1/10).
Saat ini, tambah Benny manajemen sendiri masih menghitung proyeksi pendapatan dari penjualan CPO di akhir tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan demikian, proyek yang akan memiliki kapasitas produksi 60 ton per jam tersebut diyakini tak akan dapat diselesaikan dalam waktu dekat.
Padahal, pabrik PKS London Sumatra di Kalimantan Timur diproyesikan bakal menambahkan kapasitas produksi perseroan dalam jumlah yang signifikan.
"Proyeksi harga CPO semua nobody knows. Kalau hasilnya saya belum bisa menjawab karena fluktuasinya lebih besar," kata Benny.
Dorong Kinerja
Sebagai informasi, hingga semester I 2015 kemarin LSIP telah menghabiskan dana belanja modal atau
capital expenditure (capex) sebesar Rp 400 miliar yang digunakan untuk perawatan, penanaman, dan investasi untuk tanaman.
Benny memperkirakan, sampai akhir tahun ini dana capex akan terealisasi hingga sebesar Rp800 miliar.
Di mana penyerapan dana capex masih disalurkan untuk perawatan, penanaman, dan investasi tanaman.
Yang menarik, meksi kondisi bisnis sawit di sisi hulu tengah lesu manajemen LSIP menyatakan enggan melakukan ekspansi ke bisnis hilir seperti menjual biodiesel yang dihimbau pemerintah.
"Untuk sementara kita belum fokus untuk invesatai di hilir. Sementara kita masih fokus pada sisi perkebunan dulu sebelum masuk ke industri hilir. Kita belum ada studi lanjut kesana," cetus Wakil Presiden Direktur I Tan Agustinus Dermawan.
(dim/gen)