Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebut penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan ini merupakan bentuk apresiasi pasar terhadap upaya perbaikan perekonomian yang dilakukan pemerintah melalui paket kebijakan ekonomi. Kurs tengah Bank Indonesia sejak Senin (5/10) terus menguat dari Rp 14.604 per dolar, menjadi Rp 14.382 pada Selasa (6/10), dan hari ini Rp 14.065.
“Rupiah menguat, bagus kan? Sebetulnya sudah sejak satu bulan lalu menguat, terutama setelah ada kepastian tidak ada kenaikan Fed
Rate. Semuanya benar-benar faktor spekulasi, saat dolar tembus Rp 14 ribu semua ramai membeli dolar. Sekarang secara psikologis terlihat, dia kembali menguat,” ujar Darmin di Istana Kepresidenan, Rabu (7/10).
Mantan Gubernur Bank Indonesia menjabarkan faktor psikologis yang dimaksud adalah semua orang kini bisa melihat kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Orang melihat macam-macam, bahwa pemerintah ini serius dan berupaya dengan baik. Itu yang membuat orang lebih optimistis, antara lain karena deregulasi ini,” jelasnya.
Namun, Darmin mengakui bahwa sejumlah data negatif bidang ketenagakerjaan yang dirilis Amerika Serikat turut membuat dolar kembali ke Indonesia.
“Faktor data Amerika itu memicu di awalnya,” imbuhnya.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung menambahkan, penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) dan rupiah dalam beberapa hari terakhir tidak membuat pemerintah berpuas diri meskipun menilai pasar merespons paket kebijakan yang sudah diterbitkan.
“Pemerintah masih merasa ini tidak cukup, maka dalam waktu dekat dan mudah-mudahan hari ini pemerintah akan menyampaikan secara resmi beberapa paket kebijakan lagi. Pemerintah akan memotong semua aturan main yang dianggap hanya menjadi penghalang dari proses investasi dan dunia usaha kita,” kata Pramono.