Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat tipis karena tekanan aksi ambil untung (profit taking) di awal perdagangan. Indeks menguat ke level 4.491, naik 4,30 poin atau 0,09 persen ke pada perdagangan Kamis (8/10).
PT KDB Daewoo Securities Indonesia mencatat perdagangan saham kali ini membukukan nilai transaksi sebesar Rp 5,27 triliun dengan volume mencapai 5,8 miliar lembar. Adapun pemodal asing mencetak aksi beli bersih (nett buy) mencapai Rp 735 miliar.
Analis KDB Daewoo Securities, Heldy Arifien mengatakan aksi ambil untung beberapa saham unggulan sempat memberatkan pergerakan indeks di awal perdagangan. Untungnya, indeks tetap ditutup dalam area hijau.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Aksi ambil untung terhadap TLKM KLBF BMRI serta beberapa saham unggulan lain, menahan laju penguatan IHSG yang pada awal sesi perdagangan berhasil memasuki area 4.500 dengan mencatatkan swing positif hingga 1,1 persen di 4.537, selanjutnya melorot dan ditutup kembali di area 4.400 atau sedikit di bawah resistensi 4.495 yaitu 4.491,” jelasnya dalam ulasan.
Adapun dalam perdagangan tersebut penguatan tertinggi dialami oleh sektor aneka industri yang menanjak hingga 2,47 persen. Sektor keuangan mengikuti penguatan dengan meningkat 0,62 persen.
Sementara itu, pelemahan terdalam dialami oleh sektor infrastruktur yang jeblok 0,88 persen, yang diikuti oleh sektor barang konsumsi yang melemah hingga 0,19 persen.
Analis PT Reliance Securities, Lanjar Nafi mengatakan indeks harga saham di Asia mayoritas cenderung melemah karena tertahan aksi ambil untung investor setelah mengalami penguatan saat pasar di China libur pada awal pekan.
“Data neraca perdagangan Jepang yang memperpanjang defisit di level -326,1 miliar yen dari -108,0 miliar yen sebelumnya. Pemesanan baru terhadap barang dan jasa di Jepang yang berkontraksi terhadap ekspetasi dilevel -5,7 persen dari -3,6 persen dengan ekspetasi naik 3,2 persen menjadi sentimen negatif bertepatan dengan momentum aksi jual investor.
Terkait IHSG, ia menilai sektor aneka industri yang berhasil menahan indeks di zona hijau. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang berhasil menguat hingga dibawah level Rp 14.000 menjadi angin positif investor asing.
“Terlihat investor domestik yang lebih dulu merespon kebijakan pemerintah mulai melakukan aksi jual,” jelasnya.
(gir/gir)