Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan bahwa dana CPO Fund sudah terkumpul sebanyak Rp 2 triliun sejak diberlakukan pada bulan Juli lalu. Angka ini diklaim Kementerian ESDM sebagai capaian yang memuaskan di tengah harga minyak kelapa sawit (CPO) yang melemah.
Atas dasar itulah, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Rida Mulyana mengatakan bahwa Badan Layanan Umum (BLU) pengelola sawit kemarin telah menyetujui untuk memberikan subsidi sawit kepada PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Pasalnya, masih ada beberapa pembangkit PLN yang menggunakan tenaga diesel.
“Kemarin Pak Bayu Krishnamurti (Direktur Utama BLU Sawit) menyetujui untuk memberikan subsidi bagi PLN," kata Rida di kantornya, Jumat (9/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rida melanjutkan bahwa subsidi ini sudah diberikan sejak 1 Oktober mendatang, di mana pasokan campuran solar dan CPO akan disediakan oleh PT Pertamina. Rencananya, jenis bahan bakar yang akan digunakan oleh PLN adalah B-25, yaitu campuran antara bahan bakar solar sebesar 75 persen dengan CPO sebesar 25 persen.
Rida menjelaskan, nantinya PLN bisa membeli B-25 tersebut seharga dengan harga solar, kendati saat ini harga CPO lebih besar dibandingkan harga solar. Karena nantinya selisih harga jual campuran B-25 milik Pertamina dengan harga solar murni akan dibayar menggunakan uang subsidi CPO Fund.
"Tapi memang mekanisme ini sangat riskan sekali karena jika harga CPO naik, maka subsidi yang diberikan BLU Sawit juga makin besar. Agak dilema juga di satu sisi kita ingin menaikkan penyerapan CPO, tapi di saat yang sama mereka harus bayar gap antara harga solar dan harga CPO," ujarnya.
Tetapi Rida bersyukur karena PLN sudah mengurangi jumlah PLTD yang ada di Indonesia, sehingga beban subsidi tak akan meningkat signifikan jika harga CPO bertambah. Sebelumnya, PLN sendiri mengatakan bahwa perusahaan telah melakukan konversi PLTD ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebesar 1.300 megawatt.
Bahkan perusahaan bisa melakukan konversi lagi sebesar 200 megawatt, sehingga total PLTD yang akan dikonversikan menjadi pembangkit listrik tenaga lain sebesar 1.500 Megawatt (MW) hingga akhir tahun.
"Di satu sisi kami cemas takut subsidi meningkat, namun karena PLN mengurangi porsi PLTD maka kami tak begitu cemas," ujar Rida.
Untuk memuluskan langkah tersebut, Rida mendapatkan laporan kalau Pertamina akan mengalokasikan B-25 sebesar 266.873 kilo liter sampai bulan Desember mendatang yang dipasok sejak bulan ini. Dengan demikian, maka penggunaan CPO untuk PLN ini menambah daftar penggunaan CPO subsidi setelah diberlakukannya B-15 bagi subsidi transportasi.
Rida juga menjelaskan bahwa akan ada alokasi 504.000 kilo liter CPO bagi subsidi PLN dan juga transportasi hingga akhir tahun ini, atau sebesar 72,95 persen dari penggunaan CPO domestik sebesar 690.873 kilo liter per tahun. Untuk tahun depan, rencananya BLU Sawit akan mengalokasikan 1,26 juta kilo liter untuk membantu subsidi PLN tahun depan.
"Dengan asumsi tahun depan harga CPO naik jadi US$700 per ton, maka kita bisa mengumpulkan dana CPO Fund sampai Rp 10 triliun. Kalau itu terjadi, tentunya subsidi bagi PLN masih bisa dilanjutkan," ujarnya.