Rupiah Undervalued, Menko Darmin Waspadai The Fed

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Kamis, 15 Okt 2015 14:52 WIB
Menko Perekonomian Darmin Nasution menilai nilai tukar rupiah masih undervalued dan ketidakpastian kenaikan Fed Rate jadi ancaman.
Menko Perekonomian Darmin Nasution memberikan keterangan pada wartawan seusai
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan bahwa nilai tukar rupiah (kurs) setahun terakhir ini berada di bawah nilai fundamentalnya (undervalued), akibat hasil euforia, spekulasi, serta persepsi yang berlebihan dari para pelaku pasar.

Kondisi tersebut, menurut Darmin, diakibatkan oleh ketidakpastian kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (Fed Rate) yang tengah dinanti para pelaku pasar keuangan global.

Di sisi lain, kata Darmin, Bank Sentral AS masih enggan menaikkan suku bunga setelah melihat data ekonomi seperti inflasi dan ketenagakerjaan yang dinilai belum terlalu baik. "Kurs setahun terakhir di luar nilai yang sebenarnya. Itu merupakan hasil dari euforia, spekulasi, histeria. Dalam situasi sekarang Amerika Serikat (AS) ekonominya enggak terlalu baik," kata Darmin di Kantornya, Jakarta, Kamis (15/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk menguatkan persepsi para pelaku pasar, kata Darmin, pemerintah akan mengeluarkan paket kebijakan yang lebih tepat dan terarah. Dengan persepsi pasar yang positif terhadap kondisi perekonomian Indonesia, diyakini mata uang Garuda masih mampu menghijau dalam kurun dua bulan mendatang.

Kendati demikian, Darmin menyatakan The Fed (bank sentral AS) memiliki kemungkinan untuk mengambil keputusan menaikkan suku bunga dalam rapat pertemuan atau Federal Open Market Committee (FOMC) mendatang. Hal itu bisa membuat dolar AS menguat sementara.

"Akan ada rapat FOMC di AS, bisa jadi ada kenaikan tingkat bunga, tapi bisa jadi tidak. Nah, biasanya menjelang ada rapat tersebut dolar mulai menguat dan seterusnya. Ini adalah situasi yang harus kita lalui, jadi enggak usah terlalu risau, enggak usah terlalu grogi, yang penting kita bekerja," katanya.

Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), nilai tukar rupiah menguat terhadap empat mata uang di awal Oktober. Empat mata uang tersebut adalah dolar Amerika Serikat (AS), euro, yen, dan dolar Australia. Terhadap dolar AS, rupiah mampu naik 4,64 persen, sedangkan terhadap dolar Australia sebesar 2,63 persen, terhadap euro menguat 4,3 persen, dan terhadap mata uang yen menguat 4,75 persen. (gir/gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER