Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memperkirakan bakal ada 51 emisi obligasi yang akan diterbitkan korporasi pada 2016, naik 4 persen atau 2 emisi dibandingkan target pada 2015. Kendati demikian dari segi nilai, nilai obligasi korporasi tahun depan diperkirakan tidak sebesar realisasi saat ini.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan penetapan jumlah tersebut berdasarkan asumsi bahwa emisi yang dicatatkan pada 2016 sebesar Rp 49,96 triliun dengan rata-rata nilai penerbitan per emisi sebesar Rp 960 miliar.
“Diharapkan, pada 2016 yield obligasi tetap stabil karena adanya upaya pemerintah menjaga stabilitas Surat Berharga Negara, sehingga mendorong cost of fund obligasi yang cukup menarik untuk emiten kembali menerbitkan obligasi baru atau melakukan refinancing atas surat utang yang sudah jatuh tempo,” jelas Tito usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (28/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun perlu dicatat target nilai obligasi korporasi pada tahun depan ternyata lebih rendah dari realisasi penerbitan terkini. Realisasi obligasi sampai dengan 27 Oktober 2015 tercatat senilai Rp 53,99 triliun dari 41 emisi. Selain itu masih terdapat 13 emisi obligasi dalam proses penerbitan senilai Rp 7,7 triliun.
Target 2016
Terkait rencana kerja BEI tahun depan, Tito menyatakan target yang akan ditetapkan perusahaan dihitung dengan mempertimbangkan beberapa asumsi indikator makro ekonomi dan telah dijabarkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) 2016.
Asumsi indikator makro ekonomi di 2016 adalah pertumbuhan ekonomi di tahun depan yang diperkirakan akan berada pada kisaran 5,3 persen, suku bungan acuan Bank Indonesia (BI rate) yang diperkirakan masih akan berada di level 7,5 persen dengan laju inflasi yang diperkirakan ada di kisaran 4 persen lebih kurang 1 persen berdasarkan angka estimasi Bank Indonesia.
Menurutnya level inflasi tersebut masih sesuai dengan kesepakatan pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yakni 4,7 persen. Sementara suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) tiga bulan diperkirakan berada di kisaran 5,5 persen berdasarkan angka kesepakatan pemerintah dan DPR.