Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi kembali melanjutkan penguatannya di tengah suasana positif bursa regional dan dukungan rencana penerbitan paket kebijakan ekonomi lanjutan oleh pemerintah.
Analis Reliance Securities, Lanjar Nafi mengatakan bursa Saham di Asia ditutup mayoritas menguat disaat mata uang dolar AS kembali melemah terhadap mata uang negara-negara Asia.
“Pertemuan akhir pekan antara Korea Selatan, Jepang dan China menghasilkan perjanian yang memprioritaskan ke bidang ekonomi dan tidak menyentuh perselisihan sejarah militernya,” ujarnya dalam ulasan, Selasa (3/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu, lanjutnya, membuat IHSG pun ditutup rebound 68,13 poin atau sebesar 1,53 persen ke level 4.533. Ia juga menilai rencana pemerintah menerbitkan paket kebijakan ekonomi membuat pasar domestik bergairah.
“Rencana pemerintah mengenai kebijakan-kebijakan ekonomi selanjutnya menarik kepercayaan investor domestik ditambah penguatan rupiah yang hampir 1 persen pada perdagangan hari ini menjadi pendorong penguatan,” jelasnya.
Selain itu, ia menilai rencana menurunkan suku bunga acuan (BI rate) karena inflasi yang melambat dari bulan sebelumnya menjadi katalis positif yang ditunggu investor.
Secara teknikal, lanjutnya, IHSG berhasil whipsaw dengan support MA25 dan rebound dengan support MA50. Indikasi positif dikuatkan oleh indikator stochastic yang golden-cross pada area jenuh jual meskipun momentum dari indikator RSI masih pada kisaran middle osilator.
“Maka diprediksi IHSG kembali mencoba menguat dengan range pergerakan 4.515-4.655. Saham-saham yang masih dapat diperhatikan diantaranya APLN, BBNI, BDMN, BMTR, WIKA,” jelasnya.
Adapun indeks saham di Eropa dibuka kembali terkonsolidasi flat di awal sesi menanti hasil pertemuan bank sentral Eropa (ECB). Meskipun demikian, ia menilai sentimen positif masih terlihat dimana indeks PMI keluar di atas ekspetasi dan beberapa laba emiten besar di Eropa cukup baik.
“Sentimen selanjutnya yang akan diperhatikan ialah data indeks kinerja sektor jasa di seluruh dunia yang diekspetasikan positif dan mampu kembali menjadi pendorong penguatan indeks,” jelasnya.
(gir/gir)