Mendag Nilai UMKM Lokal Kurang Promosi dan Inovasi

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Jumat, 06 Nov 2015 03:35 WIB
Kementerian Perdagangan meningkatkan anggaran promosi dagang hingga tiga kali lipat, dari Rp250 miliar pada tahun lalu menjadi Rp850 miliar pada tahun ini.
Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong saat mengunjungi Pameran Pangan Nusantara dan Pameran Produk Dalam Negeri (PPN-PPDN) 2015 di Lapangan Banteng, Jakarta, Kamis (5/11). (CNN Indonesia/Safyra Primadhyta)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong mengimbau pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mengembangkan inovasi promosi dan kualitas kemasan guna meningkatkan daya saing di tengah ketatnya persaingan global.

“Kita masih sangat kalah di promosi dibandingkan misalnya dengan pelaku-pelaku di negara lain. Kedua,  (kalah) di kemasan,” ujar Thomas kala menghadiri pembukaan Pameran Pangan Nusantara dan Pameran Produk Dalam Negeri (PPN-PPDN) 2015 di Lapangan Banteng, Jakarta, Kamis (5/11).

Menurut Thomas, pelaku UMKM harus kreatif dalam mempromosikan produknya, sesuai dengan perkembangan zaman. Salah satunya, dengan memanfaatkan media sosial sebagai sarana promosi. Menurut pengamatan Thomas, suatu produk akan lebih cepat laku jika promosi tersebar secara viral di media sosial.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Ini kan sudah abad ke-21, jadi kita harus coba berinovasi, lebih ke media sosial misalnya atau cara-cara promosi yang ramah media sosial,” kata Thomas.

Tahun ini, lanjut Thomas, Kemendag telah meningkatkan anggaran promosi dagang hingga tiga kali lipat, dari Rp 250 miliar pada tahun lalu menjadi Rp 850 miliar. Adapun salah satu peruntukkannya adalah untuk memfasilitasi promosi pelaku usaha UMKM melalui kegiatan pameran baik di dalam maupun di luar negeri.

Lebih lanjut, Thomas juga mengimbau kemasan produk harus dibuat seapik mungkin karena kemasan merupakan aspek pertama yang dilihat oleh calon konsumen. Bahkan, Thomas menyarankan pelaku usaha melihat, belajar dan meniru kemasan produk dari negara lain seperti Korea Selatan, Jepang, Singapura, dan Hongkong.

“Kita mungkin di awal tiru saja dulu, terus terang saja, tiru dulu supaya kita bisa tandingi. Setelah kita tandingi baru kita cari modifikasi atau variasi terhadap apa yang sudah terbukti laku di luar.

Kendati demikian, Thomas optimistis pelaku UMKM nasional bisa bersaing di kancah regional bahkan internasional. Menurutnya, mayoritas pelaku usaha UMKM dalam negeri tergolong kompetitif, terutama dalam hal mutu dan konsistensi produk.

“Saya sangat optimis menghadapi yang namanya persaingan regional atau persaingan global, kita sebetulnya nggak usah takut,” ujarnya.

Produk Primadona

Menteri Perdagangan memperkirakan produk industri makanan dan minuman bakal jadi primadona di mata konsumen dalam sepuluh tahun ke depan. Pasalnya, di tengah perlambatan ekonomi domestik dan global, industri makanan dan minuman masih bisa bertahan.  

Menurutnya, produk makanan dan minuman memiliki ruang untuk terus berinovasi dalam menciptakan sesuatu yang unik. Hal itu sejalan dengan tren konsumen di masa depan yang memberikan nilai pada pengalaman merasakan sesuatu yang berbeda dibandingkan produk masal.

“Barang-barang produksi masal itu sudah dianggap membosankan. Jadi justru barang-barang produksi yang mempunyai ciri khas, keunikan dan keiistimewaan itu yang menjadi barang yang sangat diminati di seluruh dunia,” ujarnya.

Kementerian Perindustrian mencatat, pertumbuhan industri makanan dan minuman pada paruh pertama tahun ini 2015 menurun menjadi 8,46 persen dari periode yang sama tahun lalu 10,14 persen. Kendati demikian, pertumbuhan industri makanan dan minuman masih lebih besar dibandingkan pertumbuhan industri non migas secara keseluruhan yang sebesar 5,26 persen pada periode yang sama. (ags)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER