Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan infrastruktur telekomunikasi, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) melakukan restrukturisasi utang dengan menandatangani pinjaman sebesar US$ 275 juta dari 10 bank.
Direktur Utama Tower Bersama Hardi Wijaya Liong mengklaim pinjaman kali ini merupakan pinjaman dengan tenor terpanjang dan termurah.
“Fasilitas pinjaman ini pada awalnya direncanakan sebesar US$ 200 juta, namun ditingkatkan menjadi US$ 275 juta setelah komitmen yang diterima dari bank-bank membuat fasilitas ini lebih dari empat kali
oversubscribed (kelebihan permintaan),” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (10/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan, sebanyak 10 bank yang diundang ke dalam fasilitas ini menyediakan setidaknya masing-masing US$ 25 juta. Fasilitas memiliki jatuh tempo pada 5 tahun dan 8 bulan dengan suku bunga
Libor ditambah 200 basis poin, dan ditambah dengan biaya dimuka sebesar 1,25 persen.
“Memperhitungkan semua hal tersebut, fasilitas ini adalah fasilitas dengan suku bunga terendah yang telah dimiliki TBIG sampai sekarang,” jelasnya.
Hardi menyatakan manajemen sangat senang bahwa begitu banyak kreditur yang terus berkomitmen. Hal itu karena kreditur memahami bahwa kontrak jangka panjang yang terjamin dari operator-operator telekomunikasi memiliki rating tinggi dan menyediakan cakupan yang sangat baik atas semua biaya utang masa depan.
“Bank-bank kreditur kami menganggap pinjaman kami seolah-olah adalah utang negara yang dapat dibuktikan dengan tingkat suku bunga kami yang sebanding dengan BUMN,” katanya.
Lebih lanjut, menurutnya 84 persen dari pendapatan perseroan adalah pendapatan kontrak jangka panjang dari operator-operator telekomunikasi yang pada dasarnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia, Malaysia, dan Qatar.
Lindung NilaiDirektur Keuangan Tower Bersama Helmy Yusman Santoso menambahkan, sebagai kelanjutan dari strategi lindung nilai perseroan yang dimulai pada 2010, manajemen telah melakukan lindung nilai fasilitas baru ini dari risiko nilai tukar.
“Perlindungan tambahan dari pendapatan senilai US$ 40 juta per tahun dari pendapatan kontrak jangka panjang yang kami terima dalam mata uang dolar,” jelasnya.
Ia menambahkan, semua instrumen derivatif lindung nilai sesuai dengan jatuh tempo utang. Helmy percaya strategi lindung nilai perseroan tepat dan telah terbukti sangat efektif dalam melindungi TBIG dari pergerakan niliai tukar rupiah.
“Fasilitas ini seluruhnya akan jatuh tempo dalam waktu 5 tahun dan 8 bulan dari penandatanganan. Fasilitas ini menggantikan pinjaman jangka pendek Fasilitas C yang ada, yang merupakan bagian dari Fasilitas Pinjaman
Unsecured Term dan
Revolving yang ditandatangani pada bulan November 2014,” jelasnya.
Helmy menjelaskan, fasilitas baru ini adalah fasilitas pinjaman bank dengan tenor terpanjang yang pernah dimiliki TBIG dan secara signifikan telah meningkatkan rata-rata tenor utang TBIG menjadi 4,5 tahun.
Di awal tahun ini, TBIG juga telah menerbitkan obligasi sebesar US$ 350 juta dengan tenor 7 tahun.