Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) memperkirakan akan ada suntikan dana sebesar Rp 18,22 triliun ke sistem perbankan nasional menyusul dipangkasnya Giwo Wajib Minimum (GWM) primer dari 8 persen menjadi 7,5 persen. Pelonggaran moneter ini diharapkan akan direspons perbankan dengan menurunkan tingkat suku bunga kredit.
“Harusnya, kalau terima limpahan dana, harusnya, bunga kreditnya bisa turun,” tutur Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara dalam acara Aberdeen Outlook Ekonomi & Pasar Modal 2016 di Hotel JW Marriot, Jakarta, Kamis (19/11).
Dengan potensi likuiditas sebesar Rp 18,22 triliun, Mirza mengatakan seharusnya tak hanya meningkatkan penyaluran kredit perbankan. Menurutnya, bank bisa memanfaatkan dana segar itu untuk mengurangi ketergantungan terhdap dana deposito yang mahal melalui pemangkasan bunga deposito. Pada akhirnya, ia mengatakan akan membuka peluang turunnya bunga kredit pinjaman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Paling tidak yang deposito bunga tinggi bisa diturunkan, kemudian harusnya bunga kredit nanti melalui mekanisme pasar akan turun, tapi tidak otomatis,” ujarnya.
Pemangkasan GWM primer, lanjut Mirza, juga pernah diambil oleh Bank Sentral China (People Bank of China/PBoC). Berdasarkan catatannya, PBoC sempat menurunkan GWM sebelum akhirnya menurunkan tingkat suku bunga acuannya.
Sementara Bank Indonesia, lanjutnya, masih perlu untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI rate) di level 7,5 persen karena mempertimbangkan ketidakpastian yang masih membayangi pasar keuangan global. Salah satu pemicu ketidakpastian tersebut, katanya, dipicu oleh rencana Bank Sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga acuan dan ivergensi kebijakan moneter di kawasan Uni Eropa, Jepang, dan China.
Sayangnya, Mirza belum berani meramalkan potensi pertumbuhan kredit perbankan pasca penurunan GWM primer. Sebelumnya, BI merevisi turun proyeksi pertumbuhan kredit perbankan untuk tahun ini, dari estimasi awal sekitar 13 persen hingga 15 persen menjadi sekitar 11 persen hingga 13 persen.
“Karena memang bukan ilmu matematika bahwa kalau GWM primer diturunkan setengah (persen), langsung pertumbuhan kreditnya seperti apa. Tapi ini adalah suatu sinyal yang harus disambut positif,” ujarnya.
Berdasarkan data BI per September 2015, suku bunga deposito rupiah bank umum ada di rentang 7,62 persen hingga 8,95 persen. Cecara umum mengalami penurunan dari posisi Januari 2015 yang berkisar 8,46 persen hingga 9,23 persen.
Sementara tingkat bunga pinjaman rupiah bank umum per September 2015 untuk pinjaman modal kerja sebesar 12,58 persen, pinjaman investasi 12,19 persen, dan pinjaman konsumsi sebesar 13,85 persen.
(ags)