Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menilai posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir kuartal III 2015 masih aman meskipun sejumlah indikator masuk zona waspada.
Sebelumnya, BI melaporkan total ULN Indonesia pada akhir September 2015 mencapai US$ 302,4 miliar atau setara dengan Rp 4.154,6 triliun (kurs tengah BI 20/11: Rp 13.739/US$).
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik BI Hendy Sulistiowati menyebutkan empat indikator 'aman' yang menjadi pertimbangan BI untuk menilai ULN. Pertama, indikator perbandingan ULN jangka pendek terhadap total utang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Per akhir kuartal III 2015, total ULN jangka pendek mencapai US$56,2 miliar sehingga rasio ULN jangka pendek dengan total ULN adalah 18,6 persen. Rasio itu, lanjut Hendy, masuk dalam kategori aman karena masih di bawah batas aman (threshold) sebesar 18,9 persen.
“Kita punya sekarang posisinya (ULN jangka pendek per total ULN) itu 18,6 persen sementara kita yang dianggap bahaya itu kalau sudah melampaui 18,9 persen,” tutur Hendy kala ditemui di Kantor BI, Jakarta, Jumat (20/11).
Selain itu, jelas Hendy, rasio ULN jangka pendek terhadap total ULN juga menunjukkan tren membaik karena lebih kecil dibandingkan rasio ULN jangka pendek per total ULN pada kuartal sebelumnya yang mencapai 18,7 persen.
Berikutnya, lanjut Hendy, indikator perbandingan jumlah ULN terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) pada akhir kuartal III 2015 juga menunjukkan posisi ULN masih aman. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), PDB Indonesia pada akhir September 2015 mencapai Rp2.311 triliun sehingga rasio ULN terhadap PDB kuartal III 2015 mencapai 34,9 persen.
“Batasnya 51,1 persen, kita masih jauh di bawah,” ujarnya.
WaspadaNamun demikian, Hendy mengatakan, jika dibandingkan dengan kuartal II 2015, rasio total ULN terhadap PDB makin mengarah zona waspada karena naik tipis dari posisi akhir Juni tahun lalu 34,5 persen.
Indikator ketiga adalah perbandingan ULN terhadap Peneriman Transaksi Berjalan (current account/CA). Pada akhir kuartal III 2015, indikator ini mencapai 157,7 persen atau naik dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 153 persen. Kendati demikian, rasio tersebut masih di bawah threshold aman 170,7 persen.
“Memang dia (rasio ULN/Penerimaan CA) naik sedikit terutama karena penerimaan transaksi berjalan kita menurun. Kita tahun ekspor kita turun karena harga commodity yang turun,” ujar Hendy.
Terakhir, lanjut Hendy, indikator cadangan devisa terhadap ULN jangka pendek . Berbeda dengan tiga indikator sebelumnya, perbandingan cadangan devisa terhadap ULN jangka pendek Indonesia per akhir kuartal III 2015 masuk dalam kategori waspada karena di atas batas aman 150 persen.Tak hanya itu, indikator ini juga menunjukkan tren memburuk.
Tercatat, indikator cadev /ULN jangka pendek Indonesia pada akhir September 2015 sebesar 181,1 persen atau turun dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 190 persen. Hal itu, lanjut Hendy, dipicu oleh tergerusnya cadangan devisa.
“Kita tahu cadangan devisa kita turun cukup banyak dari kuartal II ke kuartal III,” ujarnya.
(ags)