Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah merencanakan penerbitan obligasi sebesar Rp532,4 triliun pada tahun depan guna menutup sebagian besar kebutuhan pembiayaan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016.
Robert Pakpahan, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan menjelaskan pemerintah dimungkinkan untuk menerbitkan berbagai varian obligasi negara, baik dalam denominasi rupiah maupun valas, guna menambal defisit sebesar 2,1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) di APBN 2016.
Beberapa instrumen pembiayaan valas yang dijanjikan Robert terbit pada tahun depan antara lain obligasi dolar Amerika (Global Bond), obligasi euro (Euro Bond), obligasi yen (Samurai Bond), serta obligasi syariah berdenominasi valas (Sukuk Global).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Khusus untuk penerbitan sukuk, lanjut Robert, target pembiayaan yang dibidik pemerintah untuk tahun depan sebesar Rp130 triliun.
"Total opsi yang empat ini, plus yang lain akan mendekati dari 30 persen dari penerbitan secara gross," ujar Robert di Kementerian Keuangan, Senin (7/12).
Menurut Robert, sepanjang tahun ini pemerintah telah menerbitkan global bond mencapai hampir US$4 miliar, sedangkan sukuk valas mencapai US$2 miliar. Selain itu, pemerintah juga sukses melelang euro bond sebesar 1,25 miliar euro dan samurai bond100 miliar yen. "Khusus untuk SBN valas (di pasar) domestik sebesar US$500 juta," kata Robert.
Genjot di AwalMeski sasaran defisit fiskal hanya 2,1 persen dari PDB atau sekitar Rp273 triliun, namun Kementerian Keuangan memperkirakan kebutuhan pembiayaan bruto pada tahun depan akan mencapai Rp605 triliun.
Untuk itu, Robert Pakpahan menegaskan pemerintah akan kembali menggenjot penarikan pembiayaan di awal tahun depan (front loading strategy). Adapun target pembiayaan pada paruh pertama 2016 diupayakan mencapai 61 persen dari total target bruto.
Menurut Robert, pemerintah juga berencana untuk memperbesar porsi penerbitan SBN ritel khusus bagi investor domestik. Pasalnya, besarnya porsi kepemilikan SBN oleh asing dianggap sudah cukup mengkhawatirkan.
Pemerintah pun berupaya untuk memperdalam peran investor domestik dalam penerbitan SBN melalui mekanisme pasar, misalnya memperbesar peneribtan Obligasi Ritel Indonesia (ORI), Saving Bond Ritel, Sukuk Ritel dan Sukuk Tabungan.
"Caranya tentu melalui mekanisme pasar bukan buat regulasi melarang atau ambil alih. Salah satu dgn mendalamkan apsar apakah ada yang bisa kami lakukam agar investor domestik lbh tertarik membeli existing tradable bond kita," katanya.
Sebagai informasi penerbitan SBN ritel sepanjang tahun 2015. Program pertama adalah penerbitan Sukuk Ritel (SR) sebesar Rp 21,965 triliun dengan jumlah investor mencapai 29.706 orang.
Sementara ORI berhasil diterbitkan sebanyak Rp 27,4 triliun dengan jumlah investor mencapai 49.521 orang.
(ags)