Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) menilai produk kopi Indonesia memiliki peluang besar untuk menguasai pasar Korea Selatan (Korsel). Untuk itu, pemerintah menyatakan bakal mendukung pengusaha kopi untuk mengekspor lebih banyak produknya ke negeri ginseng tersebut.
“Kopi sangat digemari masyarakat Korsel. Kita perlu melakukan strategi khusus untuk lebih mempromosikan dan membentuk positioning kopi Indonesia di pasar Korsel,” ujar Thomas, Kamis (10/12).
Thomas mengungkapkan sebanyak 53 persen orang dewasa di Korsel lebih memilih meminum kopi dibandingkan jenis minuman lainnya, seperti jus, minuman cokelat, susu, ataupun minuman ringan. Diperkirakan setiap orang dewasa Korsel mengonsumsi 2 kilogram (kg) kopi setiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, hampir seluruh kopi di Korsel berasal dari impor yang angkanya mencapai US$ 527 juta per tahun. Pemasok terbesar kopi ke negara tersebut adalah Brasil, Kolombia, dan Vietnam dengan pangsa pasar masing-masing 16,2 persen, 15,6 persen, dan 10,3 persen. Sedangkan Indonesia berada di posisi ke 15 dengan pangsa pasar hanya 1,59 persen setara US$ 8,3 juta.
Menurut Thomas, Indonesia masih berpeluang untuk memasarkan kopi murni khas suatu daerah (
single-origin) ke negara tersebut. Seperti diketahui Indonesia kaya akan kopi
single-origin yang memiliki citarasa dan keharuman khas seperti kopi Aceh Gayo, kopi Papua, kopi Bali, dan kopi Sumatera.
“Sekitar 90 persen kopi yang diimpor Korsel adalah
green beans yang memiliki harga relatif lebih murah dibandingkan kopi yang dihasilkan Indonesia. Namun demikian, Indonesia masih memiliki peluang memasarkan
specialty coffee dan
single-origin. Kebanyakan penikmat kopi di Korsel belum mendapatkan informasi mengenai hal tersebut,” ujarnya.
Produk kopi, menjadi salah satu produk yang dipromosikan Thomas dalam kunjungan kerjanya ke Korsel pada 9-11 Desember 2015. Selain mempromosikan kopi, dalam kunjungannya tersebut Thomas juga melanjutkan perundingan Indonesia-Korsel Comprehensive Economic Partnership Agreement (IKCEPA). Tahun 2012 lalu yang menargetkan perdagangan Indonesia-Korsel bisa mencapai US$ 100 miliar pada 2020.
Pasar Makanan OlahanSelain kopi, Thomas juga menilai Indonesia berpeluang meningkatkan ekspor makanan olahan ke Korsel. Impor Korsel untuk makanan olahan mencapai US$ 8,1 miliar dengan pertumbuhan 7,55 persen per tahun selama periode 2010-2014. Negara-negara pemasok utama makanan olahan ke negara tersebut antara lain Amerika Serikat dengan pangsa 20,4 persen, China 16,37 persen, Filipina 6,88 persen, Thailand 6,57 persen, dan Australia 6,11 persen. Sementara Indonesia menduduki urutan ke 15 dengan pangsa 1,8 persen.
Produk impor utama untuk makanan olahan oleh Korsel adalah olahan makanan lainnya dengan nilai impor US$ 935 juta (11,55 persen), gula tebu atau gula bit sebesar US$ 822 juta (10,16 persen), olahan kerang dan udang US$ 386 juta (4,77 persen), olahan buah US$ 326 (4,04 persen), cokelat dan produk dari olahan kakao US$ 322 juta (3,99 persen).
Kendati demikian,lanjut Thomas, eksportir Indonesia ternyata masih menghadapi tantangan yaitu kebijakan Pemerintah Korsel yang menerapkan standar tinggi dengan alasan keamanan pangan.
"Eksportir makanan olahan Indonesia harus mengetahui dan mampu memenuhi persyaratan mulai dari bahan-bahan yang digunakan hingga proses pengolahan," ujarnya.
(gen)