Jakarta, CNN Indonesia -- Guna memberikan transparansi perdagangan dan memperbaiki tingkat harga, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) bersama Thailand dan Malaysia sepakat membentuk bursa komoditas karet regional (Regional
Rubber Market/RRM) pada tahun depan.
Komitmen tersebut disepakati dalam pertemuan tingkat menteri Dewan Karet Tripartit Internasional (
International Tripartite Rubber Council/ITRC) 2015 yang dihadiri oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Trikasih Lembong, Menteri Pertanian dan Koperasi Thailand Chatchai Sarikulya, dan Menteri Perkebunan dan Komoditas Malaysia Datuk Amar Douglas Uggah Embas di Jakarta, kemarin.
Thomas mengungkapkan ketiga negara tersebut tengah menaruh perhatian pada rendahnya harga karet global. Saat ini, harga karet alam lebih rendah dari biaya produksinya yaitu sekitar US$ 1,2 per kilogram. Padahal, tahun 2012 harga karet alam bisa menembus US$ 4,9 per kilogram.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melalui bursa karet alam regional ini, harga karet di tiga negara yang 67 persen pangsa produksi global menjadi transparan sehingga baik untuk menciptakan pasar yang kompetitif.
Platform tersebut juga memberikan fungsi lindung nilai komoditas karet yang efektif dan akan menguntungkan bagi produsen, konsumen, dan pelaku pasar seluruh dunia.
“Pembentukan bursa pasar karet regional ditargetkan pada Juni 2016 atau bahkan lebih awal jika mungkin,” kata Thomas dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (3/12).
Direktur Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional Kemendag Bachrul Chairi menambahkan pembentukan RRM akan dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap pertama, dimulai 1 Januari 2016, ketiga negara akan menyajikan publikasi harga karet di pasar regional. Publikasi itu akan dipublikasikan secara rutin sembari mempersiapkan platform elektronik pendukung.
“Juni 2016 itu semua informasi perdagangan (karet) di tiga negara ini secara platformnya sama. Platform eletroniknya dijadikan satu sehingga nanti bisa
centralized. Jadi itu tingkatan kedua,” kata Bachrul.
Dengan adanya
platform tersebut, ketiga negara akan saling menyamakan standar, aturan, kualitas, dan arbitrase dalam perdagangan komoditas karet di tingkat regional.
“
Platform kita untuk seterusnya bisa memperkuat pembuatan
future market karet di tiga negara ini,” kata Bachrul.
Sebagai informasi, berdasarkan Kelompok Studi Karet Internasional (
International Rubber Study Group/IRSG) total persediaan (
stock) karet alam global per September 2015 mencapai 2,8 juta ton atau merosot dari capaian periode yang sama tahun lalu, 3,2 juta ton.
Sementara berdasarkan data Asosiasi Negara Produsen Karet Alam (
Association of Natural Rubber Producing Countries/ANRPC) yang menguasai 92 persen pangsa produksi global, total produksi karet alam tahun ini diperkirakan sebesar 10,94 juta ton atau turun 0,1 persen dari sebelumnya, 10,95 juta ton.
(gir/gir)