Jakarta, CNN Indonesia -- Manajemen Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkapkan secara musiman tren kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selalu mengalami penguatan menyusul munculnya sejumlah sentimen positif yang kerap terjadi di akhir tahun.
Otoritas pasar modal Indonesia itu meyakini, pada akhir 2015 ini bakal terdapat beberapa sentimen penggerak yang ditunggu pelaku pasar.
“Istilah
window dressing (aksi poles saham di akhir tahun) buat saya (BEI)
enggak ada. Tapi secara
seasonal, tiap akhir tahun memang ada peningkatan,” jelas Direktur Utama BEI Tito Sulistio di Jakarta, Kamis (10/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menyusul adanya sentimen positif di akhir tahun Tito mengaku masih terus memantau berbagai kondisi ekonomi baik dari sisi makro maupun mikro.
Di mana sentimen tersebut direpresentasikan melalui detil laporan kinerja emiten yang mulai menunjukkan peningkatan, dan besaran realisasi belanja anggaran pemerintah sampai dengan kuartal III 2015 kemarin.
“Saya terus terang, di akhir tahun ini menunggu beberapa hal. Minggu ini saya dapat detil hasil kuartal III dari semua perusahaan dan sepertinya 75 persen masih untung. Kedua,
spending pemerintah berapa sih? Bisa tidak di atas 85 persen? Ketiga, tanda-tanda suku bunga oleh bank sentral, kalau bisa turun bagus banget,” jelasnya.
Menguat Lima Tahun Terakhir
Berdasarkan data yang dikumpulkan CNNIndonesia.com, dalam lima tahun terakhir tren kinerja IHSG bergerak ke arah positif di bulan Desember. Umumnya, penguatan IHSG di akhir tahun terjadi meski sebelumnya terdapat pelemahan di awal sepanjang tahun seperti yang terjadi pada 2013.
BEI mencatat, pada 2010 silam IHSG mampu tumbuh 46,13 persen dalam setahun, di mana indeks menguat sebesar 4,88 persen sepanjang Desember. Sedangkan di 2011, indeks tercatat menguat 3,20 persen dan di Desember terjadi penguatan 2,88 persen.
Begitu pun dengan 2012 di mana IHSG menguat 12,94 persen. Meski IHSG sempat melemah -0,98 persen sepanjang 2013, namun pada 2014 IHSG kembali menanjak hingga 22,29 persen dan Desember tercatat peningkatan sebesar 1,50 persen.
Sebelumnya, Analis Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan fenomena
window dressing berpeluang terjadi setelah adanya kepastian Fed fund
rate.
Menurut Hans, jika sudah terdapat kepastian penaikan, bakal terdapat syok di pasar modal, yang kemudian berlanjut penguatan.
“
Window dressing masih ada peluang bisa terjadi, after fed fund rate. Kemungkinan bisa reli, tapi pasar akan syok dulu,” jelasnya saat dihubungi.
Sementara untuk sentimen dari dalam negeri, Hans menilai level suku bunga acuan dalam negeri (BI
rate) bakal menjadi penggerak pasar meski diperkirakan tetap.
Selain itu, posisi neraca perdagangan juga bakal jadi sentimen pasar. Namun hingga Selasa lalu, kinerja IHSG sejak awal tahun masih amblas 14,59 persen.
“Sentimen domestik masih BI
rate setelah Fed
rate. Tapi BI rate kemungkinan masih tetap. Neraca dagang juga jadi sentimen, tapi kemungkinan masih terkendali karena impor melemah terkait daya beli,” jelasnya.
(dim/gen)