Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) belum akan menurunkan harga Bahan Bakar Minyak Khusus Penugasan (BBM-KP) jenis Premium meski tren pelemahan harga minyak dunia sudah terjadi dalam beberapa bulan terakhir.
Manajemen Pertamina berkilah, kebijakan untuk menurunkan harga premium merupakan kewenangan pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Di mana evaluasi terhadap harga BBM-KP dihitung berdasarkan indeks Mean of Platts Singapore (MOPS), nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS, dan ongkos distribusi BBM ke seluruh Indonesia.
"Jadi meskipun harga minyak dunia ada tren penurunan, tapi bukan berarti pasti turun. Nanti akan kita lihat apakah evaluasi harga BBM akan sesuai dengan komitmen yang 3 bulan itu. Januari kita bicarakan," jelas Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto di Jakarta, Kamis (10/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip data penjualan minyak di pasar West Texas Intermediate (WTI), hari ini minyak mentah tercatat berada di level US$ 37,04 per barel atau anjlok 29,48 persen dibandingkan posisinya pada awal Januari di kisaran US$ 59,56 per barel.
Menyusul fenomena tersebut, manajemen Pertamina sendiri telah menurunkan beberapa produk BBM non subsidi seperti Pertamax dan Pertamax Plus di kisaran Rp 100 liter.
Direktur Pemasaran Pertamina, Ahmad Bambang berdalih, penurunan harga Pertamax dan Pertamax Plus dilakukan sebagai hadiah Ulang Tahun Pertamina ke-58 untuk para pelanggan.
"Dalam rangka ulang tahun dulu. Nanti 2 minggu berdasar rata-rata BBM dan kurs US$ sebulan. Harga memang sedikit turun tapi kurs naik lagi," kata Bambang.
Pengamat kebijakan energi dari Universitas Gajah Mada (UGM), Fahmy Radhi berpendapat, menyikapi tren pelamahan harga minyak mentah dunia sudah seyogya Pertamina dan pemerintah segera menurunkan BBM Khusus Penugasan dan non subsidi yang dijual ke masyarakat.
Fahmy mengatakan, penurunan harga BBM akan berdampak positif pada menurunnya harga-harga kebutuhan pokok sehingga bisa mengurangi beban masyarakat miski sekaligus menstimulus perekonomian Indonesia.
"Dengan penurunan harga minyak dunia ke US$ 37 per barel, penurunan Rp 100 per liter itu terlalu kecil. Harusnya premium dan BBM non subsidi turun Rp 300 sampai Rp 500 per liter, apalagi pada saat penurunan harga minyak dunia sebelumnya Pertamina tidak menurunkan harga BBM," cetus Fahmy.
Dari catatan yang dihimpun CNN Indonesia, per hari ini produk BBM non subsidi Pertamina di wilayah Jakarta dan sekitarnya dilego pada angka Rp 8.650 per liter untuk jenis Pertamax. Sedangkan untuk jenis Pertamax plus dibanderol di level Rp 9.650 per liter atau keduanya hanya turun Rp 100 per liter.
Sementara untuk jenis Premium dan solar masih tidak mengalami perubahan.
(dim)