Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Sri Adiningsih menyoroti rendahnya realisasi penerimaan pajak sepanjang 2015. Perkiraan Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro bahwa target pajak hanya akan terpenuhi maksimal 83 persen dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 sebesar Rp 1.294 triliun menurutnya harus dikritisi.
Sri menilai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) perlu melakukan pembenahan di internal Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk mendukung perburuan target pajak 2016 sebesar Rp 1.350 triliun.
“Penerimaan pajak tahun ini tampaknya akan kurang sekali, jauh dari target. Saya kira dari situ perlu dibenahi sisi internal DJP harus diperbaiki,” ujar Sri kepada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya membenahi struktur pejabat pengambil kebijakan di DJP, Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta tersebut juga menyebut para fiskus yang menjadi ujung tombak ketika berhadapan dengan wajib pajak (WP) harus diberikan insentif lebih agar mau bekerja lebih baik.
“Perlu juga diberlakukan
stick and carrot. Saya percaya WP akan mendengarkan jika pemerintah melakukan perbaikan. Dekati WP sehingga meningkatkan kesadaran dan kesukarelaan untuk membayar pajak, lakukan dengan dialog,” katanya.
Belanja 2016Strategi DJP dalam mengumpulkan penerimaan pajak tahun depan menurut Sri menjadi kata kunci lancarnya penyerapan anggaran oleh kementerian/lembaga (K/L) sejak awal 2016. Ia menyebut tahun depan, pemerintah akan banyak mengandalkan belanja instansi negara untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi.
“Tahun ini ada perubahan nomenklatur K/L dan sebagainya. Sementara tahun depan lelang pengadaan barang sudah dimulai, sehingga kita harapkan belanja pemerintah bisa cepat dibiayai oleh APBN,” katanya.
Jika skenario tersebut berjalan lancar, ia optimistis pemerintah bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,3 persen yang ditetapkan dalam APBN 2016.
“Di 2015 meskipun kuartal III dan IV sudah membaik, namun sepertinya sulit mencapai pertumbuhan 5 persen karena kuartal I dan II realisasinya rendah. Tapi tahun depan bisa di atas 5 persen,” tegasnya.
(gen)