Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli mengaku sudah menduga hasil kajian pengembangan Blok Masela di Maluku yang dilakukan oleh konsultan independen asal Amerika Serikat (AS), Poten & Partners mengarah pada metode terapung atau
Floating Liquefied Natural Gas (FLNG).
“Kalau konsultannya kesimpulannya kayak gitu, ya sudah pasti kayak gitu. Memang kerjaannya (Poten & Partners) kan memang buat bangun
floating (FLNG)
,” kata Rizal saat ditemui di kantornya, Jakarta, Senin (28/12).
Meski demikian, Rizal bilang hasil kajian yang dibuat oleh Poten & Partners bukan merupakan kesimpulan akhir. Ini mengingat hasil kajian mengenai pemilihan metode pengembangan Blok Masela baru akan dirapatkan besok, Selasa (29/12), bersama Presiden Joko Widodo dan perwakilan instansi terkait.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Besok akan dirapatkan di Istana. Kita lihatlah bagaimana,” cetusnya.
Menyusul opsi mana yang akan dipilih, Rizal mengungkapkan bahwa pemerintah dalam mengambil keputusan akan selalu mempertimbangkan kepentingan nasional.
“Tentu ada pembahasan mana yang lebih mahal lebih murah. Kalau soal konsultan itu pasti yakin (FLNG) bilang lebih murah, saya justru sebaliknya,” imbuhnya.
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan bahwa pihaknya telah mengetahui hasil kajian pengembangan Blok Masela di Maluku yang dipercayakan kepada Poten & Partners.
Meski belum menerima secara resmi, namun SKK Migas mengaku bahwa hasil kajian Poten & Patners lebih cenderung merekomendasikan pengembangan Blok Masela dilakukan melalui metode terapung, atau berkonsep Floating Liquefied Natural Gas (FLNG) seperti yang pernah direkomendasikan SKK Migas.
"Hasil kajian sudah diserahkan ke panitia yang dibentuk oleh Direktorat Jenderal Migas. Hasil kajian Poten condong ke FLNG," ujar Kepala Subbagian Komunikasi dan Protokoler SKK Migas Zuldadi Rafdi. (dim/dim)