Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah anjlok 35 persen pada tahun lalu dan limbung ke kisaran US$37 per barel. Itu merupakan level yang tidak pernah terjadi sejak krisis keuangan global.
CNN Money dalam artikelnya memperkirakan kondisi ini belum akan membaik dalam waktu dekat. Sebagian besar pakar perminyakan meyakini harga minyak baru akan bangkit kembali pada akhir tahun ini, tetapi sebelum itu kondisinya akan memburuk lebih dulu.
Goldman Sachs memperkirakan harga minyak rata-rata Februari berkisar US$38 per barel, bahkan lebih rendah dibandingkan tahun lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga minyak berada di bawah tekanan karena melimpahnya pasokan minyak global yang jumlahnya terus meningkat. Pasar minyak mentah dunia belakangan ini sangat tidak seimbang .
Di satu sisi permintaan minyak melambat, terutama di China. Di sisi lain produsen minyak terbesar dunia tanpa henti memompa demi memperjuangkan pangsa pasar.
Negara-negara anggota OPEC, yang merupakan pemain terbesar di pasar minyak dunia, menolak untuk memangkas produksi. Kartel minyak yang dipimpin oleh Saudi seolah mencoba untuk memeras produsen minyak di Amerika Serikat dan di tempat lain dengan membuat ongkos produksi yang lebih tinggi .
Sebuah persaingan baru telah muncul dalam OPEC, Iran bersiap untuk kembali ke jajaran atas produsen minyak global. Setelah menerima sanksi larangan ekspor, negara produsen minyak ini ingin untuk meningkatkan output. Iran berencana untuk meningkatkan produksi sebanyak 1,5 juta barel per hari pada tahun ini.
Dengan demikian, kelebihan pasokan global akan semakin membengkak.
Hanya dalam 18 bulan, harga minyak jatuh paling parah, yakni dari US$108 menjadi US$37 barel. Fenomena itu telah memakan korban produsen minyak Amerika, di mana sebagian besar dari mereka kini terjerat utang besar. Industri minyak AS telah merumahkan lebih dari 100 ribu pekerjanya pada tahun lalu. Pada tahun ini, pasokan minyak AS diperkirakan menurun meskipun tidak cukup untuk mengimbangi pasar.
Badan Energi Internasional, yang memonitor tren pasar bagi negara-negara terkaya di dunia, memperkirakan kelebihan pasokan minyak global akan bertahan hampir setahun ini. Itu berarti tidak ada bantuan untuk harga minyak untuk meningkat.
(ags)