Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan konsultan properti, Colliers International menilai pelonggaran uang muka apartemen yang terkait kebijakan rasio
Loan to Value (LTV) kurang efektif menggairahkan bisnis properti di Jakarta. Hal ini tercermin dari penjualan unit apartemen yang terus menurun.
Colliers mencatat rasio pembelian apartemen pasca penawaran oleh pengembang (
take-up rate) menurun 1,58 persen secara tahunan, dari 87 persen di kuartal IV 2014 menjadi 85,42 persen di periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu,
take up rate untuk unit apartemen yang telah jadi (
existing projects) menurun sebesar 0,7 persen, sedangkan untuk apartemen yang masih dibangun (
under-construction projects) anjlok 3,4 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Associate Director Research Colliers, Ferry Salanto mengatakan kebijakan LTV tidak efektif karena pembeli apartemen masih harus dibebankan cicilan dengan bunga pinjaman yang tinggi. Kebijakan itu justru menjadi disinsentif karena dengan uang muka yang rendah pembeli apartemen harus mengangsur pembayaran dengan bunga tinggi dallam jangka waktu yang lebih panjang.
"Memang uang muka turun, namun kalau installment masih dibebankan dengan bunga yang tinggi kan masyarakat juga tak tertarik. Apalagi sekarang tengah terjadi perlambatan ekonomi," jelas Ferry di Jakarta, Rabu (6/1).
Selain karena beban cicilan, Ferry mengatakan kebijakan LTV hanya berpengaruh pada penjualan unit-unit apartemen baru (pasar primer). Sementara pergerakan harga dan penjualan apartemen yang umum terjadi berada di antara pemilik hunian dengan peminat apartemen tersebut (pasar sekunder).
"Apalagi kebanyakan pembeli apartemen baru itu lebih memilih spend uang secara bertahap dibanding langsung beli satu unit lalu menyicil terus menerus," jelas Ferry.
Ia menambahkan, kebijakan pelonggaran LTV akan lebih efektif jika disertai dengan bunga pinjaman yang lebih rendah. Menurutnya, sudah saatnya suku bunga acuan juga ikut diturunkan dari posisi saat ini 7,5 persen guna menggiatkan pembelian apartemen baru.
"Banyak kok sinyal yang menunjukkan kalau BI Rate bisa turun. Inflasi 2015 saja di angka 3,35 persen, lalu Presiden sendiri berharap pertumbuhan ekonomi tahun depan 5,5 persen. Jadi memang paket kebijakan LTV itu harus dilengkapi dengan penurunan suku bunga," jelasnya.
Ferry menambahkan kalau permintaan unit apartemen baru perlu terus dilakukan untuk mengisi tambahan unit apartemen yang terbangun (
existing), yang jumlahnya sebanyak 156.907 unit atau meningkat 9,7 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2016, Colliers International juga meprediksi tambahan suplai unit apartemen sebanyak 35.205 unit, yang terdiri dari 22.210 unit penyelesaian baru dan 12.990 unit proyek yang tertunda penyelesaiannya di tahun lalu.
Sebagai informasi, peraturan LTV untuk properti sendiri tercantum di Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 17/10/PBI/2015 mengenai Rasio
Loan To Value atau Rasio
Financing To Value untuk Kredit atau Pembiayaan Properti dan Uang Muka Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor.
Dalam aturan tersebut dijelaskan bahwa flat apartemen dengan tipe di atas 70 mengalami kenaikan LTV dari 70 persen menjadi 80 persen. Selain itu, untuk flat apartemen tipe 22-70, LTV naik dari 80 persen menjadi 90 persen.