IHSG Diprediksi Melemah, Terseret Penurunan Harga Minyak

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Senin, 18 Jan 2016 05:30 WIB
Anjloknya harga minyak membuat pelaku pasar keuangan khawatir sehingga bursa saham AS terseret jatuh pada perdagangan Jumat lalu.
Refleksi karyawan melintas di layar elektronik Indeks Harga Saham Gabungan, Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu, 18 Maret 2015. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan melemah dalam perdagangan perdana pekan ini setelah anjloknya harga minyak membuat pelaku pasar keuangan khawatir sehingga bursa saham AS terseret jatuh pada perdagangan Jumat lalu.

Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada mengatakan pada perdagangan Senin (18/1) IHSG diperkirakan berada pada rentang support 4.485-4.497 dan resisten 4.540-4.562. Menurutnya laju IHSG di atas area target support 4.473-4.483 dan mampu melampaui area target resisten 4.541-4.557.

Reza menyatakan, meski terjadi penguatan di akhir pekan kemarin dan ia berharap akan adanya penguatan lanjutan, namun secara tren IHSG juga memiliki peluang penurunan,

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Apalagi jika melihat kondisi bursa saham sekitar yang masih berada di zona merah, net sell asing yang terus terjadi, harga minyak yang menyentuh level US$29 per barel membuat kami berasumsi bahwa perdagangan IHSG dapat berpotensi melemah,” jelasnya dalam riset, Minggu (17/1).

Reza menjelaskan, pada perdagangan Jumat (15/1) IHSG diperdagangkan menguat terbatas pasca penurunan BI Rate di hari sebelumnya dimana indeks cenderung bergerak terbatas dan berakhir melemah.

“Apalagi dengan adanya tragedi bom yang juga sempat membuat panik berlebihan dan berimbas pada pelemahan IHSG. Di akhir pekan, laju IHSG mulai bangkit seiring imbas positifnya penutupan laju bursa saham AS sebelumnya karena mulai rebound-nya harga minyak mentah dunia,” katanya.

Reza menilai tampaknya penurunan tingkat suku bunga BI rate tidak sepenuhnya direspon baik. Hal itu terlihat setelah pada perdagangan di akhir pekan, laju sektor yang diunggulkan atas dampak dari penurunan suku bunga, yakni sektor perbankan serta properti justru ditutup di zona merah.

“Pelaku pasar belum melihat nantinya penurunan BI Rate ini dapat diimbangi dengan kembali naiknya daya beli (demand) masyarakat seiring masih adanya perlambatan ekonomi global,” jelasnya.

Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan seperti perkiraan sebelumnya, harga minyak memang masih berpeluang melemah. Menurutnya harga minyak WTI yang jatuh ke level US$29 per barel memang masih merupakan sumber utama dari koreksi 2,39 persen pada indeks Dow Jones yang ditutup di bawah level psikologis 16.000 sejak Agustus 2015.

“Jadi, sentimen utama memang masih tetap akan berasal dari harga minyak. Selama harga minyak belum bottoming (mencapai dasar) bursa global masih akan bergejolak. Selama bursa global bergejolak sebaiknya kita tetap dalam posisi defensif,” ujarnya.

Namun, di sisi lain ia menilai kondisi IHSG sebenarnya berbeda. Menurutnya koreksi Dow Jones kemungkinan bakal membuat IHSG kembali bergerak dalam trend turun setelah seminggu terakhir bergerak flat, tetapi tidak separah yang dibayangkan.

“Meskipun demikian banyak faktor yang membuat saya masih percaya kalau koreksi IHSG tidak akan separah bursa global. Aktifitas dari pemodal asing yang minim, potensi penurunan harga BBM dan lainnya, bakal membuat koreksi IHSG menjadi lebih kecil jika dibandingkan koreksi pada bursa global,” jelasnya (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER