Jakarta, CNN Indonesia --
Kementerian Perdagangan (Kemendag) memperkirakan surplus neraca perdagangan Indonesia yang terjadi tahun lalu berpotensi menyusut, seiring dengan membaiknya perekonomian global dan dalam negeri pada 2016.
Dengan menggeliatnya roda perekonomian, maka besaran impor bahan baku dan beberapa komponen lain ke Indonesia diyakini akan meningkat.
“Dengan ekonomi kita pulih dan menguat mungkin industri kita makin menggenjot importasi bahan baku dan komponen. Itu kan perkembangan yang menggembirakan meski pun surplusnya berkurang tapi karena alasan yang sehat,” ujar Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong di kantor pusat Kemendag, Jakarta, Senin (18/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walau akan mengalami menyusutan dari surplus neraca perdagangan, Thomas bilang perbaikan ekonomi domestik diyakini bakal menjadi katalis positif tersendiri pada besaran impor bahan baku dan barang modal yang meningkat.
Meski begitu, ia menilai besaran surplus atau defisit neraca perdagangan yang wajar sejatinya tak lebih dari 1 hingga 1,5 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB).
"Umpamanya, kita kekurangan investasi sehingga orang tidak mengimpor mesin. Itu kan tidak menggembirakan meskipun itu bisa mengakibatkan surplus," kata Thomas.
Seperti diketahui, tahun lalu neraca perdagangan Indonesia mencetak rekor tertinggi sejak 2011 dengan mencatatkan surplus sebesar US$7,52 miliar, meningkat US$9,72 miliar dibandingkan kinerja tahun sebelumnya yang mencatatkan defisit US$ 2,2 miliar.
Akan tetapi, seiring dengan surplusnya neraca perdagangan 2016 besaran ekspor dan impor Indonesia mengalami penurunan menyusul dengan perlambatan ekonomi global.
Hal ini tercermin dari data ekspor Indonesia 2015 yang tercatat berada di angka US$150,25 miliar, turun 14,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya dengan rincian ekspor non migas yang melorot 9,77 persen ke angka US$ 131,7 miliar, serta jumlah ekspor produk migas yang tergerus 38,2 persen ke posisi US$ 18,55 miliar dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara dari sisi impor, capaian tahun lalu tercatat US$ 142,74 miliar atau turun 19,9 persen dari 2014.
Di mana secara kumulatif nilai impor terdiri dari impor migas yang turun 43,37 persen ke angka US$24,61 miliar dan impor nonmigas yang mencapai US$118,13 miliar yang turun 12,32 persen dibandingkan tahun lalu.
Sedangkan jika didasarkan pada kategori golongan, nilai impor barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal tercatat mengalami penurunan jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Rinciannya, impor bahan baku/penolong anjlok 21,35 persen menjadi US$ 107,12 miliar, diikuti impor barang modal yang turun 15,56 persen menjadi US$ 24,74 miliar. Ada pun impor barang konsumsi tercatat US$ 10,87 miliar atau negatif 14,16 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
(dim)