Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi menjajal area penguatan pasca melemah 1,5 persen sejak awal 2016.
Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada mengatakan, pada perdagangan Selasa (19/1) IHSG berpotensi memiliki level support 4.453 hingga 4.470 dengan posisi resisten di kisaran 4.503 sampai 4.520.
Ia menilai laju IHSG akan berada di atas area target support 4.485-4.497 dan gagal mendekati area target resisten 4.540-4.562.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Meski secara tren IHSG masih memiliki peluang penurunan, namun diharapkan laju bursa saham sekitar dapat mulai bergerak positif untuk membantu IHSG dapat berbalik arah menguat,” ujarnya dalam riset, Selasa (19/1).
Meski kecil potensi, tambah Reza terdapat
gap baru di level 4.503-4.516 sehingga IHSG berpeluang untuk balik menguat (
rebound) jika marak aksi beli.
Namun ia tetap meminta investor terus mencermati beberapa sentimen global yang dinilai akan mempengaruhi laju IHSG dan bursa saham lainnya.
Diantaranya, rilis penurunan NY empire state manufacturing index, PPI, dan retail sales AS yang dinilai akan memberikan sentimen negatif sehingga membuat laju bursa saham AS belum dapat keluar dari teritori negatif.
“Belum lagi harga minyak mentah dunia yang hanya naik sesaat dan kembali melemah turut berimbas pada perdagangan Asia di awal pekan dan membuat pelaku pasar memilih keluar,” cetus Reza.
Menurutnya perhatian pasar saat ini tertuju pada rilis data ekonomi negara berkembang dan harga minyak yang terus turun karena dicabutnya sanksi Iran terkait uji emisi nuklir.
Hal inilah yang membuat kekhawatiran para pelaku pasar mengenai banjirnya (oversupply) pasokan minyak yang menjadikan bursa global berada di zona merah.
“Keadaan ini yang membuat pelaku pasar kembali melakukan aksi jual,” ungkapnya.
Analis Reliance Securities Lanjar Nafi mencatat, kemarin bursa Asia ditutup mayoritas melemah dengan rata-rata 1 persen.
Ia menilai fenomena ini terjadi lantaran pelaku pasar khawatir dengan perekonomian dunia pasca pelemahan harga minyak.
“Kekhawatiran mengenai prekonomian global menjadi faktor utama aksi jual mewarnai perdagangan hari ini setelah data ekonomi AS yakni penjualan ritel dan
output industri yang kembali melemah dan harga minyak yang terus tertekan,” terang Lanjar.
Berangkat dari hal tersebut, IHSG diprediksi akan mengikuti bursa Asia dan melemah dengan volume yang terlihat sepi.
Ia menyatakan transaksi lebih banyak diwarnai aksi jual investor asing sehingga tercatat aksi jual bersih.
“Minimnya sentimen dalam negeri dan pelemahan rupiah di awal pekan ini membuat investor lebih sensitif terhadap bursa global,” jelasnya.
Lanjar sendiri memprediksi harga minyak mentah dunia akan menyentuh level US$25 setelah Iran berjanji untuk meningkatkan eksport.
Ia menilai sentimen selanjutnya akan lebih sensitif pada data penjualan ritel, output industri dan PDB di China. Secara teknikal, ia menilai IHSG kembali lagi
break out support level dengan
trend sideways jangka pendek. Indeks dinilai berpeluang kembali menguji level support di angka 4.450.
“Sehingga diperkirakan IHSG bergerak mixed mencoba menguat dengan range pergerakan 4.450-4.585,” pungkas Lanjar.
(dim/dim)