Pengencangan Ikat Pinggang Perusahaan Minyak Masuk Stadium II

Diemas Kresna Duta | CNN Indonesia
Selasa, 19 Jan 2016 12:09 WIB
Harga minyak terjun bebas di bawah US$30 per barel, perusahaan-perusahaan minyak yang beroperasi di Indonesia melanjutkan program efisiensi.
Kegiatan pengeboran di sektor hulu PT Pertamina (Persero). (Dok. Pertamina)
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak dunia terjun bebas di bawah US$30 per barel pada awal pekan ini, yang membuat seluruh perusahaan minyak dan gas bumi (migas) yang beroperasi di Indonesia terpaksa harus melanjutkan program efisiensi kegiatan operasionalnya. Manajemen PT Pertamina (Persero) mengungkapkan guna mengamankan neraca keuangan perusahaan, manajemen bakal melanjutkan upaya efisiensi seperti yang sudah dilaksanakan sepanjang 2015.

"Kami akan teruskan geliat efisiensi yang telah menghasilkan. Karena di November 2015 kemarin, realisasi upaya efisiensi sudah mencapai US$525 juta, atau di atas dari yang ditargetkan sebesar US$500 juta," ujar Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro kepada CNNIndonesia.com, Selasa (19/1).

Seperti diketahui, dalam rangka menjaga performa perseroan pasca anjloknya harga minyak dunia Pertamina telah melaksanakan beberapa skenario demi meningkatkan efiensi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertama, perusahaan migas pelat merah ini telah menjalankan program breakthrough project melalui upaya penurunan losses pada kegiatan distribusi minyak dan gas bumi.

Sementara untuk strategi kedua manajemen Pertamina telah melakukan penyerderhaan mekanisme terhadap sentralisasi pengadaan barang dan jasa melalui procurement excellent group.

Di samping, melalui divisi pengadaan perusahaan yakni Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina juga telah melakukan perbaikan dalam hal pengadaan migas yang diklaim mampu memperoleh penghematan sebesar US$103 juta.

Lanjutkan Proyek IDD

Pada kesempatan berbeda, Senior Vice President Strategic Business Support Chevron Pacific Indonesia (CPI) Yanto Sianipar memastikan bahwa proyek pengeboran minyak laut dalam atau yang dikenal dengan sebutan Indonesia Deepwater Development (IDD) perseoan di Selat Makassar akan tetap dilanjutkan, meski saat ini harga minyak mentah dunia sudah berada di posisi terendah.

Sayangnya, Yanto enggan membeberkan secara detil ihwal rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) proyek IDD yang diajukan ke meja Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).

"Revisi POD untuk proyek IDD, akhir bulan Desember 2015 yang lalu sudah dikirim," ujarnya singkat.

Sebagai pengingat, proyek IDD merupakan salah satu dari beberapa proyek pengembangan migas di Indonesia yang menjadi andalan pemerintah demi menjaga besaran produksi migas nasional. Sejatinya, proyek yang mencakup pengembangan Blok Makassar Strait, Rapak, dan Ganal tersebut telah memperoleh persetujuan dari SKK Migas pada 2008.

Namun, pasca menyelesaikan tahapan Front End Engineering Design (FEED) pada 2013 silam estimasi total investasi atau Final Investment Credit (FID) proyek IDD meningkat dari US$7 miliar menjadi US$12 miliar.

Lantaran belum memperoleh persetujuan dari pemerintah mengenai perubahan rencana pengembangan, Chevron pun harus menunda pengembangan proyek IDD sampai dengan hari ini.

Bahkan menyusul pelemahan harga minyak tersiar isu tak sedap bahwa perusahaan migas asal Amerika tersebut mulai mengurangi kegiatan pengeborannya hingga memangkas jumlah pekerja. Menurut sumber CNNIndonesia.com di internal perusahaan, Chevron telah melaksanakan skenrio efisiensi tersebut sejak beberapa waktu lalu. (dim/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER