OJK Ragu Pertumbuhan Kredit Bank Bisa Tembus Target 14 Persen

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Jumat, 22 Jan 2016 14:52 WIB
Penyusunan rencana bisnis bank 2016 dilakukan Desember 2015 sebelum China mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi tahun lalu.
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad menyebut penyusunan rencana bisnis bank 2016 dilakukan Desember 2015 sebelum China mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi tahun lalu. (ANTARA FOTO/Reno Esnir)
Bali, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta perbankan nasional menghitung ulang target pertumbuhan kredit sebesar 14 persen dalam rencana bisnis bank (RBB) tahun ini akibat fluktuasi ekonomi global.

Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad menyatakan kondisi makro ekonomi sejak awal tahun terlihat kurang mendukung. Terutama setelah China melaporkan perlambatan pertumbuhan ekonomi 2015 yang berpotensi mempengaruhi negara-negara berkembang lainnya.

“2016 ini juga bukan tahun yang mudah, tahun lalu mungkin masalahnya di The Fed dengan adanya sepekulasi yang berlebihan. 2016 ini kita masuki dengan adanya slow down perekonomian China yang kemudian menimbulkan spekulasi yang menurut saya juga cukup berlebihan,” ujar Muliaman di Nusa Dua, Bali, Jumat (22/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menjelaskan, pada tahun lalu pertumbuhan kredit turun menjadi 10 persen dibandingkan dengan realisasi 12-13 persen pada 2014. Menurutnya, tahun ini sebetulnya industri perbankan cukup optimistis karena penyusunan RBB dilakukan sekitar Desember lalu ketika sentimen dari China belum muncul.

“Oleh karena itu kami juga mengatakan, bahwa target pertumbuhan kredit 14 persen yang dicanangkan dari RBB itu perlu kami lihat dan evaluasi sejalan dengan perkembangan terakhir yang terjadi,” jelasnya.

Pokja Pembiayaan

Selain meminta evaluasi, di sisi lain Muliaman mengaku OJK saat ini tengah membentuk kelompok kerja (pokja) pembiayaan yang baru. Hal itu dilakukan untuk ikut mendorong pertumbuhan kredit dan mengakelerasi ekonomi.

“Dari OJK sudah membentuk pokja pembiayaan. Yang selama ini hanya sektor kemaritiman, sekarang ada di sektor energi, pariwisata dan industri kreatif. Kami sudah berbicara dengan perbankan,” ungkapnya.

Muliaman menyatakan potensi pembiayaan dari pokja pembiayaan yang baru sangatlah besar. Selain karena lebih luas, ia menyatakan potensi dana dari sektor energi terbilang lebih besar dibandingkan sektor lainnya.

“Kalau pembiayaan maritim saja bisa Rp4,4 triliun, maka kali ini bisa lebih besar. Misalnya di pembiayaan energi itu besar. Saya akan menandatangani MoU dengan Pak Sudirman Said selaku Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),” jelasnya.

Namun, di sisi lain Muliaman juga meminta adanya evaluasi suku bunga dasar kredit (SDBK) perbankan di Indonesia karena dinilai memiliki ruang yang besar untuk diturunkan setelah tingkat inflasi yang tercatat rendah.

Pasalnya, ia menyatakan saat ini tren suku bunga memang sedang turun. Alasannya, ia menilai kondisi ekonomi yang melemah disusul rendahnya tingkat inflasi bisa menjadi peluang turunnya suku bunga.

“Sebetulnya trennya memang tren turun. Untuk menjadi turun peluangnya juga cukup besar. Karena memang inflasi juga rendah, mungkin tantangannya lebih kepada bagaimana kita bantu menurunkan bunga dengan meningkatkan efisiensi,” jelasnya. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER