Jakarta, CNN Indonesia --
Direktur Utama PT Sarana Pembangunan Palembang Jaya, Ahmad Novan memastikan pengerjaan kontruksi Pembangkit Listrik Tenaga Gas PLTG Sematang Borang di Palembang telah memasuki tahapan final.
Dengan demikian, pengoperasian PLTG berkapasitas 2x7 megawatt (MW) ini akan dilaksanakan secara komersial (COD) pada 21 Februari 2016.
"Nanti setelah COD maka PLTG Borang akan langsung mengaliri listrik ke 10 ribu Kepala Keluarga di kawasan Sako dan Kalidoni," kata Novan di Palembang, Selasa (26/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Novan mengemukakan, telah ditetapkannya jadwal pengoperasian secara komersial untuk PLTG Borang ditentukan pasca berhasilnya upaya uji coba tahap pertama pada Oktober 2015 dinyatakan berhasil.
Hal ini dibuktikan dengan tidak ada persoalan selama pengoperasian penuh hanya berselang satu bulan setelah uji coba tersebut.
"Semuanya sudah rampung, termasuk kerja sama dengan Pertamina EP dalam pembelian gas, penggunaan jalur pipa Pertamina Gas dari Prabumulih ke Palembang," kata dia.
Seperti diketahui, pengerjaan PLTG Borang yang dilakukan oleh PT SP2J telah melalui lima mekanisme utama mulai dari pembangunan gedung administrasi, pembuatan pipa penyaluran gas pertamina, pembangunan gedung pembangkit, pengeboran pipa untuk menyalurkan air radiator, hingga pembuatan bak penampung air untuk dialirkan ke radiator.
Sedangkan mengenai penetapan harga jual listrik ke PT PLN (Persero), menurut Novan sudah terjalin kesepakatan antara pihaknya sehingga setelah COD bisa dikomersilkan.
Oleh karena itu, ia optimistis, unit usaha PT SP2J akan menuai keuntungan lantaran telah terjadi perbaikan manajemen perusahaan pada sepanjang tahun 2015.
"Setelah mendapatkan suntikan dana dari APBD Perubahan pada 2014 sebesar Rp44 miliar, perusahaan langsung berbenah yakni bagaimana caranya berbagai unit usaha PT SP2J bisa menghasilkan keuntungan," kata dia.
Dalam pembenahan selama kurang lebih enam bulan, Badan Usaha Milik Daerah Pemkot Palembang ini telah meraup keuntungan sebesar Rp1 miliar dari beberapa unit usaha, di antaranya BRT Trans Musi, gas rumah tangga, kapal putri kembang dadar, dan rusunawa.
Sebelumnya, BUMD ini selalu dilaporkan menelan kerugian akibat buruknya pengelolaan Trans Musi.
(dim/gen)