Ford Tersingkir dari Indonesia Lantaran 'Setengah Hati'
CNN Indonesia
Selasa, 26 Jan 2016 18:54 WIB
Bagikan:
url telah tercopy
Showroom penjualan mobil Ford di Jakarta, Selasa, 26 Januari 2016. PT Ford Motor Indonesia (FMI) menegaskan masih melakukan penjualan hingga mendekati akhir 2016 sebelum menghentikan operasionalnya dan menutup semua diler di Indonesia. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BBPI) Kementerian Perindustrian Haris Munandar berpandangan, tersingkirnya Ford Motor Indonesia (FMI) dari industri otomotif Indonesia lantaran prinsipal asal Amerika tersebut dinilai 'setengah hati' dalam berbisnis.
Berbeda dengan prinsipal otomotif Jepang yang dilihat lebih total dalam berbisnis, Haris menilai upaya Ford kurang maksimal untuk dapat bersaing di industri otomotif Indonesia yang ketat.
"Mereka hengkang karena sejak awal tidak mau mempersiapkan diri. Butuh proses panjang untuk memuaskan konsumen. Mulai dari membangun pabrik, membangun aftersales dan bengkel," ujar Haris kepada CNNIndonesia.com, Selasa (26/1).
Menurut Haris, pasar otomotif tak bisa didikte hanya dengan menjajakan barang dagangan. Demikian pula dengan pasar otomotif di Indonesia, perlu upaya besar untuk membangun menara bisnis mulai dari hulu hingga ke hilir guna meyakinkan konsumen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi pasar bisa kejam sekali pada siapa saja," tuturnya.
Dominasi Jepang
Haris menilai, produsen otomotif Jepang merupakan yang paling kuat dan dominan karena mempersiapkan diri sejak lama dan tak tangung-tanggung dalam berinvestasi. Rata-rata produsen otomotif Jepang tak hanya membuka outlet pemasaran di Indonesia, tetapi juga membangun pabrik perakitan dan industri komponen.
Untuk bisa mengimbangi dominasi Jepang, ungkap Haris sudah seyogyanya sejumlah prinsipal mengubah strategi bisnis.
Seperti halnya General Motor, prinsipal otomotif asal Amerika yang memilih untuk menutup pabrik Chevrolet Spin di Indonesia dan masuk kembali setelah bermitra dengan pabrikan mobil China, Saic Wuling.
Menurut Haris, praktik serupa juga dilakukan oleh sejumlah perusahaan otomotif India.
"Perusahan motor India, TVS bergabung dengan Kawasaki. Begitu pula dengan Royal Enfield (produsen motor Inggris) gandeng perusahaan motor India. Gejala ini terjadi di dunia," tuturnya.
Karena itu, Haris menegaskan bisa saja Ford bermitra dengan perusahaan otomotif China seperti halnya GM, dan masuk kembali ke Indonesia membawa merek kendaraan baru.
"Mungkin konsepnya hampir sama dengan Ford yang lama, tapi ada penambahan sedikit. Karena kan prinsip China adalah bagaimana menguasai pasar dari sisi harga," tuturnya.
Sebelumnya raksasa otomotif India, Tata Motor membeli perusahaan otomotif asal Inggris, Jaguar dan Land Rover dari Ford Motor Co pada 2008 senilai US$2,3 miliar.
Lalu, produsen truk nomor satu di India itu meningkatkan produksi Jaguar dan meningkatkan jaringannya ke China. Tata Motor dan Jaguar melalui unit usahanya Chery Automobile Co lantas membangun pabrik di China guna mengembangkan merek baru.