Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur Bank Indonesia (BI) memperkirakan Federal Reserves atau The Fed hanya akan mengubah suku bunga acuannya satu kali sepanjang tahun ini, usai membaca keraguan dalam pidato yang disampaikan Gubernur The Fed Janet Louise Yellen pada Rabu (10/2) lalu.
"Yellen menyampaikan di depan kongres tidak terlalu optimistis untuk penyesuaian Fed Fund Rate. Sebelumnya kami perkirakan bisa empat kali dilakukan penyesuaian, kemudian menurun jadi dua kali. Sekarang mungkin sudah banyak yang berfikir hanya sekali," ujar Agus di Kupang, Nusa Tenggara Timur, seperti dikutip dari kantor berita Antara, Jumat (12/2).
Dalam pidatonya, Yellen mengisyaratkan bahwa The Fed masih terus mengkaji peluang untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut, tetapi risiko-risiko kelesuan ekonomi Amerika bisa menunda keputusan penaikan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kondisi keuangan Amerika baru-baru ini kurang mendukung pertumbuhan. Akibat turunnya harga-harga ekuitas, serta tingkat pinjaman yang lebih tinggi untuk peminjam berisiko, dan apresiasi lebih lanjut dari dolar Amerika,” kata Yellen.
Apabila kondisi tersebut berlanjut, Yellen memastikan laju pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja yang seharusnya sudah berangsur membaik bisa terganggu. The Fed sendiri dijadwalkan akan menggelar rapat berikutnya pada 15-16 Maret 2016 mendatang.
Berdampak BesarAgus menilai pernyataan Yellen tersebut tentu akan berdampak terhadap perkembangan ekonomi global terutama negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
"Ini tentu berdampak, tapi di dalam negeri inflasi targetnya tetap terjaga 4 plus minus 1 persen. Itu juga mendatangkan rasa optimisme bagi Indonesia," kata Agus.
Sementara Bank sentral Swedia, Riksbank pada hari ini menetapkan suku bunga repo utamanya ke wilayah negatif lebih lanjut karena memperkirakan inflasi yang rendah akan bertahan lebih lama lagi daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Riksbank, menurunkan suku bunganya sebesar 0,15 basis poin ke tingkat terendah selama ini pada minus 0,50 persen, setelah memperkenalkan tingkat suku bunga negatif untuk pertama kalinya setahun lalu.
"Perekonomian terus menguat tetapi inflasi diperkirakan lebih rendah selama 2016 daripada perkiraan sebelumnya," ujar pernyataan Riksbank.
Riksbank mengatakan kebijakan suku bunga rendah telah membantu memperkuat ekonomi Swedia dan mengurangi pengangguran, tetapi kenaikan inflasi masih terus terjadi. Sepanjang 2015 lalu, tingkat inflasi Swedia mencapai 0,9 persen.
(gen)