Operasional Tol Cipali Bakal Tekan Laba SSIA

CNN Indonesia
Jumat, 12 Feb 2016 15:05 WIB
Proyek Cipali telah selesai konstruksinya dalam 30 bulan dengan total biaya Rp13,7 triliun dan mulai beroperasi komersial sejak 26 Juni 2015.
Sejumlah kendaraan melintas di gerbang tol Cipali, Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, Kamis (9/7). (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan induk di bidang konstruksi dan lahan industri, PT Surya Semesta Internusa Tbk menurunkan target laba bersih pada 2016 menjadi di angka Rp265 miliar karena perkiraan beban bunga dan biaya operasi tol Cikopo-Palimanan.

Berdasarkan penjelasan manajemen dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), untuk tahun 2016, Perseroan menargetkan untuk mencatatkan pendapatan sebesar Rp5,7 triliun. Sementara perkiraan laba sementara bersih akan menjadi sekitar Rp265 miliar.

“Penurunan laba bersih dibandingkan 2015 ini terutama disebabkan oleh perkiraan peningkatan dalam beban bunga dan kontribusi dari pengoperasian jalan tol,” jelas manajemen, dikutip Jumat (12/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti diketahui, proyek infrastruktur unggulan perseroan, jalan tol Cikopo-Palimanan (Cipali), telah selesai konstruksinya dalam waktu 30 bulan dengan total biaya investasi Rp13,7 triliun. Cipali mulai beroperasi secara komersial sejak 26 Juni 2015.

“Selama tahun 2015, Cipali berhasil mencapai akhir rata-rata untuk mengakhiri volume lalu lintas secara sectional sebanyak 25.700 kendaraan per hari, sedangkan untuk 2016 volume lalu lintas harian yang diharapkan adalah sekitar 27.300 kendaraan per hari,” jelas manajemen.

Sementara untuk lini usaha kawasan industri, yang merupakan bisnis utama Surya Semesta, selama 2015 telah mencatatkan marketing sales sebanyak total 10,2 hektar lahan dengan harga jual US$160,1 per meter persegi.

“Harga rata-rata meningkat sebesar 18,8 persen menjadi US$160,1 per meter persegi pada 2015 dari US$134,8 per meter persegi pada 2014. Backlog lahan industri perusahaan per 30 September 2015 tercatat sebesar 36,1 hektar dengan harga jual rata-rata US$121,7 per meter persegi,” tulis manajemen.

Menurut lembaga konsultan properti, Cushman & Wakefield, kuartal keempat adalah masa permintaan yang terendah pada 2015, hanya sekitar 19,6 hektar (minus 78,5 persen dari kuartal sebelumnya). Sementara harga yang diminta dari lahan industri tetap tidak berubah. Sedikit perubahan adalah karena fluktuasi nilai tukar mata uang.

Meskipun terjadi penurunan mendadak dalam permintaan bersih pada kuartal terakhir tahun ini, permintaan diperkirakan tetap positif pada 2016 meskipun lebih lembut tanpa pendorong permintaan. Permintaan untuk lahan industri mungkin banyak, tapi perubahan harga diproyeksikan tetap stabil.

“Untuk 2016, Surya Semesta bertujuan untuk meningkatkan penjualan lahan industri hingga tiga kali lipat dari tahun lalu,” ungkap manajemen.

Sementara itu, tentang progres land bank di Subang, Jawa Barat, pada 31 Januari 2016, Surya Semesta telah berhasil membebaskan dan mengakuisisi sekitar 370 hektar

Pada 18 Januari 2016-PT SLP Surya Ticon Internusa, perusahaan asosiasi dari PT Surya Semesta Internusa Tbk, Joint Venture dengan Mitsui Co Ltd dan TICON Industri Connection PLC telah meluncurkan tahap kedua dari fasilitas pergudangan modern dan pabrik inovatif di Suryacipta Technopark, yang merupakan bagian dari Industrial Estate Suryacipta City of Industry, Karawang.

Manajemen SLP yakin bahwa lahan akan diserap oleh pasar karena didorong oleh permintaan investor yang telah mengunjungi dan mengamati lokasi. Fasilitas pabrik yang telah siap diharapkan akan resmi beroperasi pada September 2016.

Sementara itu, PT Nusa Raya Cipta Tbk, unit konstruksi Surya Semesta membukukan kontrak baru Rp3,025 triliun pada 2015, 4,9 persen lebih rendah dari kontrak baru pada tahun 2014 dari Rp3,18 triliun.

Adapun kontrak baru proyek pada 2015 terutama adalah Praxis Hotel & Apartemen Surabaya, Apartemen Regatta Jakarta, Hotel Pullman Ciawi Jakarta, Q Big BSD City Tangerang, Springhill Royale Suites Kemayoran Jakarta, dan Radison Hotel Uluwatu.

“Untuk 2016, Nusa Raya menargetkan kontrak baru Rp4,5 triliun, dengan pendapatan Rp4,1 triliun dan laba bersih Rp218 miliar,” terang manajemen.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER