Industri Non Migas Baru Melaju Kencang di Akhir Rezim Jokowi

Gentur Putro Jati | CNN Indonesia
Selasa, 16 Feb 2016 15:14 WIB
Pada 2019 mendatang, Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan industri non migas bisa mencapai 8,4 persen.
Pada 2019 mendatang, Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan industri non migas bisa mencapai 8,4 persen. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja).
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perindustrian memperkirakan pertumbuhan industri non migas baru akan meningkat signifikan di penghujung pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Membaiknya perekonomian global pada 2019, diyakini bakal mendorong pertumbuhan industri non migas sampai 8,4 persen di tahun tersebut.

Meskipun ekonomi global bakal membaik, namun Menteri Perindustrian Saleh Husin ingin instansinya melakukan segala upaya untuk memastikan target pertumbuhan industri dalam tiga tahun ke depan itu bisa tercapai.

"Ini harus dilakukan demi penguatan struktur industri melalui pembangunan industri hulu yang diintegrasikan dengan industri antara dan industri hilirnya. Harapannya sebanyak 17,8 juta orang bisa terserap sebagai tenaga kerja di tahun itu,” kata Saleh di Jakarta, Selasa (16/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu bidang industri yang akan ditingkatkan nilai tambahnya guna mencapai target adalah industri hulu berbasis agro, mineral, minyak dan gas bumi (migas), serta batubara. Jenis-jenis industri tersebut telah dimasukkan ke dalam rangkaian kebijakan pengembangan industri prioritas bersama industri pangan; farmasi, kosmetik, alat kesehatan; tekstil, kulit, alas kaki dan aneka, alat transportasi, serta elektronika dan telematika.

"Kebutuhan modal yang besar untuk mengembangkan industri hulu dan hilir juga menjadi konsentrasi Kementerian Perindustrian,” tutur Saleh.

Tahun lalu, Kementerian Perindustrian tidak berhasil mencapai target pertumbuhan industri non migas yang ditetapkan sebesar 6 persen di awal tahun. Meskipun telah merevisi angkanya menjadi 5,7 persen, namun sampai penghujung 2015 laju industri non migas hanya mencapai 5,2 persen.

Haris Munandar, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian menuturkan banyak faktor yang memengaruhi kinerja industri nasional tahun lalu. Dari dalam negeri, kombinasi antara penyerapan anggaran belanja pemerintah yang rendah serta lesunya daya beli masyarakat turut menekan kinerja industri.

Sementara dari eksternal, Haris menyebut anjloknya harga komoditas, ketidakpastian pasar uang global, serta perlambatan ekonomi negara mitra dagang utama Indonesia menjadi penyebabnya.

"Hampir semua sektor industri melambat, terutama indutsri-industri yang berbasis komoditas. industri baja, otomotif juga jatuh. Paling industri makanan dan minuman yang masih bertahan," tuturnya.

Tahun ini, Kementerian Perindustrian memperkirakan pertumbuhan industri non migas nasional di kisaran 5,7-6,1 persen. Proyeksi peningkatan pertumbuhan tersebut didukung oleh peningkatan investasi pada kelompok industri tertentu yang terjadi pada 2014 dan 2015. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER