Pangkas GWM Primer jadi 6,5%, BI Suntik Perbankan Rp34 T

CNN Indonesia
Kamis, 18 Feb 2016 17:05 WIB
Penurunan giro wajib minimum (GWM) primer dalam rupiah sebesar seratus basis poin itu bisa menambah likuiditas hingga Rp34 triliun ke pasar.
Penurunan giro wajib minimum (GWM) primer dalam rupiah sebesar seratus basis poin itu bisa menambah likuiditas hingga Rp34 triliun ke pasar. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari).
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) primer dalam rupiah dari sebelumnya 7,5 persen menjadi 6,5 persen. Keputusan ini diambil melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang digelar pada 17-18 Februari 2016.

“Sehubungan dengan aspek teknis yang perlu disiapkan oleh perbankan, (penurunan GWM) akan kita berlakukan mulai 16 Maret 2016,” tutur Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo dalam konferensi pers di Gedung Thamrin BI, Kamis (18/2).

Agus mengungkapkan penurunan GWM primer dalam rupiah sebesar seratus basis poin itu bisa menambah likuiditas hingga Rp34 triliun ke pasar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selanjutnya, Agus berharap penurunan GWM primer dalam rupiah yang diiringi oleh penurunan suku bunga acuan (BI rate) menjadi 7 persen bisa memperkuat upaya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

“Adapun terkait transmisi dari BI rate yang diturunkan dan GWM primer dalam rupiah yang diturunkan, kami berharap akan bisa efektif dan lebih bisa dirasakan itu diantara satu sampai tiga bulan (ke depan),” ujarnya.

Di tempat yang sama, Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan tiga alasan utama perlunya pelonggaran moneter melalui penurunan BI rate perlu diperkuat dengan GWM primer dalam rupiah. Pertama, menjaga kecukupan likuditas perbankan untuk mendorong pertumbuhan kredit.

“Pertumbuhan kredit kalau tanpa penurunan GWM itu bisa naik dari sekarang sekitar 10 persen, di akhir tahun menjadi kurang lebih sekitar 12,5 persen. Kalau ditambah dengan penurunan GWM yang satu persen ini, pertumbuhan kreditnya bisa lebih tinggi yaitu menjadi 14 persen,” ujarnya.

Alasan kedua, kombinasi penurunan BI rate dan GWM primer dalam rupiah akan memperkuat dan mempercepat transmisi moneter ke perekonomian nasional.

Terakhir, penurunan GWM primer dalam rupiah merupakan bagian dari bauran kebijakan yang diarahkan BI untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga stabilitas. Dengan adanya bauran kebijakan ini, BI optimistis pertumbuhan ekonomi tahun 2016 akan mengarah ke titik tengah dari target 5,2 – 5,6 persen secara tahunan (yoy).

“Tempo hari kecenderungan (pertumbuhan ekonomi) ada di batas bawah (5,2-5,6 persen),” ujarnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER